Antisipasi Serangan Udara, Taiwan Persiapkan Tempat Perlindungan di Stasiun Kereta Bawah Tanah hingga Mal
Ilustrasi stasiun MRT Taiwan. (Wikimedia Commons/CEphoto/Uwe Aranas)

Bagikan:

JAKARTA - Taiwan mempersiapkan tempat perlindungan serangan udara, seiring meningkatnya ketegangan dengan China, serta invasi Rusia ke Ukraina, meningkatkan kekhawatiran serangan Beijing.

Persiapan tersebut termasuk menunjuk tempat perlindungan di mana orang dapat berlindung, jika rudal China mulai ditembakkan, bukan di bunker yang dibangun khusus tetapi di ruang bawah tanah seperti tempat parkir bawah tanah, sistem kereta bawah tanah dan pusat perbelanjaan bawah tanah.

Ibu kota Taipei memiliki lebih dari 4.600 tempat penampungan yang dapat menampung sekitar 12 juta orang, lebih dari empat kali populasinya.

Harmony Wu (18) terkejut saat mengetahui tempat perbelanjaan bawah tanah, di mana dia dan anak-anak muda lainnya baru-baru ini berlatih beberapa gerakan tarian, akan diubah menjadi tempat perlindungan serangan udara jika terjadi perang. Tapi, dia bilang dia bisa mengerti kenapa.

"Memiliki tempat berlindung sangat diperlukan. Kami tidak tahu kapan perang akan datang dan mereka akan membuat kami tetap aman," kata Wu di tempat dekat stasiun kereta bawah tanah Taipei, melansir Reuetrs 2 Agustus.

"Perang itu brutal. Kami belum pernah mengalaminya jadi kami tidak siap," lanjut Wu.

Diketahui, pejabat Taipei telah memperbarui database tempat penampungan yang ditunjuk, menempatkan keberadaan mereka di aplikasi smartphone dan meluncurkan kampanye media sosial dan poster untuk memastikan orang tahu bagaimana menemukan tempat terdekat mereka.

Pintu masuk shelter ditandai dengan label kuning, kira-kira seukuran kertas A4, dengan jumlah maksimal orang yang bisa dibawa.

mal di taiwan
Ilustrasi mal di Taiwan. (Wikimedia Commons/vegafish in zh-wikipedia)

Seorang pejabat senior di kantor kota yang bertanggung jawab atas tempat penampungan mengatakan, peristiwa di Eropa telah membawa rasa urgensi baru.

"Lihatlah perang di Ukraina," ujar Abercrombie Yang, direktur Kantor Administrasi Gedung, kepada Reuters.

"Tidak ada jaminan bahwa masyarakat yang tidak bersalah tidak akan terkena," sebutnya, seraya menambahkan bahwa itulah sebabnya masyarakat harus diberi tahu.

"Semua warga negara harus memiliki kesadaran krisis. Kami membutuhkan tempat perlindungan jika terjadi serangan oleh komunis China," paparnya.

Bulan lalu, Taiwan mengadakan latihan serangan udara komprehensif di seluruh pulau, kali pertama sejak pandemi virus corona mengganggu latihan reguler.

Di antara instruksi yang didapat warga jika ada rudal yang masuk adalah, turun di tempat parkir bawah tanah mereka dengan tangan menutupi mata dan telinga, sambil menjaga mulut tetap terbuka untuk meminimalkan dampak gelombang ledakan.

Beberapa pendukung pertahanan sipil mengatakan masih banyak yang harus dilakukan.

Pihak berwenang diwajibkan oleh hukum untuk menjaga tempat penampungan tetap bersih dan terbuka, tetapi mereka tidak harus diisi dengan persediaan seperti makanan dan air.

Diketahui, China menganggap Taiwan sebagai wilayahnya dan telah meningkatkan aktivitas militer di udara dan laut di sekitarnya. Taiwan bersumpah untuk membela diri dan telah menjadikan penguatan pertahanannya sebagai prioritas, dengan latihan militer dan pertahanan sipil reguler.