Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri Republik Rakyat Donetsk (DPR) Natalia Nikonorova mengatakan, tentara bayaran Inggris Paul Urey, yang meninggal dalam tahanan akan dimakamkan di DPR, kecuali keluarganya atau pihak berwenang Inggris meminta agar jenazahnya diserahkan kepada mereka.

“Ada jangka waktu tertentu untuk menyimpan jenazah, karena anggota keluarga boleh meminta agar diserahkan kepada mereka. Jika ada permintaan, akan kami fasilitasi serah terimanya. Jika tidak, tentu kami akan menguburkannya sesuai aturan kami. Jangka waktunya diatur oleh undang-undang," ujarnya tanpa merinci jangka waktunya, jelas Nikonorova seperti melansir TASS 29 Juli.

Diplomat papan atas DPR itu menambahkan, baik pemerintah Inggris maupun keluarga Urey sejauh ini belum mengajukan permintaan apapun terkait jenazahnya.

Diberitakan sebelumnya, warga negara Inggris Paul Urey yang meninggal merupakan tentara bayaran, sehingga tidak bisa menikmati status tahanan perang seperti yang diatur dalam Konvensi Jenewa.

"Sepertinya kegiatan tentara bayaran, yaitu dia tidak mungkin diperbantukan oleh otoritas resmi Inggris. Jadi, dia adalah tentara bayaran dan itu berarti dia adalah seorang pria, yang, di bawah konvensi Jenewa, khususnya di bawah protokol tambahan, tidak menikmati status kombatan. Oleh karena itu, dia tidak dapat menjadi tawanan perang, yaitu dia tidak dapat menikmati status ini," jelas Nikonorova dalam sebuah wawancara dengan saluran televisi Rossiya-24.

"Dia harus dihukum berdasarkan undang-undang nasional, yaitu undang-undang Republik Rakyat Donetsk di mana dia ditangkap oleh pihak yang bertikai yang dia lawan melawan," sambungnya.

Selain itu, menurut Nikonorova, Urey bukan hanya tentara bayaran, tetapi "seorang pria yang merekrut dan melatih tentara bayaran."

"Namun terlepas dari kejahatan berat seperti itu, dia diberikan bantuan medis karena kami berkomitmen pada prinsip dan norma internasional, termasuk dalam kaitannya dengan orang-orang yang diadili," tuturnya.

Menurut Nikonorova, Urey meninggal karena gagal jantung. "Dia meninggal karena gagal jantung dengan komplikasi edema paru dan pembengkakan otak, ini informasi resminya," katanya, seraya menambahkan bahwa pemeriksaan forensik dilakukan setelah kematiannya.

Dia juga mengatakan bahwa Urey telah menjalani pemeriksaan medis dan diagnosisnya telah dikonfirmasi. "Dia menerima semua dukungan medis yang diperlukan, tetapi sayangnya meninggal pada 10 Juli," ungkap Nikonorova.

Terpisah, Ombudswoman hak asasi manusia DPR Darya Morozova sebelumnya mengatakan bahwa seorang tentara bayaran Inggris Paul Urey meninggal karena penyakit kronis dan depresi di tahanan di DPR pada 10 Juli. Diagnosisnya termasuk diabetes tipe 1, gangguan sistem pernapasan dan ginjal, serta penyakit kardiovaskular. Selain itu, ia mengalami depresi karena ketidakpedulian Inggris terhadap nasibnya. Bantuan medis diberikan kepadanya.

Morozova juga mengatakan, pihak berwenang Inggris, organisasi internasional dan media asing telah diberitahu tentang pemenjaraan Urey tetapi tidak ada reaksi dari mereka.