Bagikan:

JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menjadi bencana paling tinggi terjadi selama sepekan terakhir, mulai 18-24 Juli 2022.

Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari menjelaskan, jumlah karhutla selama periode minggu ini di Indonesia terjadi sebanyak 18 kali.

"Artinya apa? meskipun kita di beberapa tempat di Indonesia masih memiliki musim hujan, tetapi juga di belahan yang lain di negara kita ini faktor cuaca kekeringan mulai masuk, sehingga intensitas dan frekuensi kejadian kebakaran hutan mulai naik," kata Abdul dalam disaster briefing daring di Jakarta, Senin 25 Juli.

Abdul mengatakan, karhutla menjadi perhatian pemerintah yakni BNPB, bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), di bawah koordinasi Menko Polhukam, dan akan mengadakan rapat koordinasi bersama dalam rangka upaya pencegahan dan mitigasi kebakaran hutan.

Data BNPB menunjukkan hingga minggu ini ada pergeseran bencana, bukan lagi banjir, atau bencana hidrometeorologi basah lagi yang paling dominan. Tetapi mulai bergeser pada hidrometeorologi kering, khususnya kebakaran hutan.

"Dalam kurun waktu 1 minggu ini ada 53,8 hektar lahan yang terbakar," kata dia.

Di satu sisi pada periode periode ini, Indonesia memiliki bencana hidrometeorologi kering bersamaan juga hidrometeorologi basah, yang berdampak pada 118 rumah terendam yang mengakibatkan 2.430 jiwa mengungsi. Selain itu banjir juga menyebabkan 4 rumah rusak berat.

Dalam kurun waktu satu minggu dari tanggal 18-24 Juli 2022 tercatat 39 kali kejadian bencana hidrometeorologi.

Abdul menjelaskan di Sumatera dan Kalimantan mulai berkurang kejadian banjir di minggu ini, tetapi mulai ada peningkatan kejadian kebakaran hutan. Fokus BNPB terkini masih tetap menangani bencana hidrometeorologi basah dan hidrometeorologi kering.