Sebut Usul Nama Capres-Cawapres Bukan Ajang Jodoh-Jodohan, PDIP: Harus Pahami Juga, Prestasinya Apa
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto (kanan)/FOTO: DOK PDIP

Bagikan:

JAKARTA - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menyoroti soal dinamika politik yang kerap mengusulkan nama pasangan calon presiden (Capres) dan calon wakil presiden (Cawapres) untuk Pilpres 2024. 

Saat ini, Hasto menilai, terkesan ada kekuatan yang ingin mendorong agar setiap hari berbicara capres dan kerjasama antar partai politik. Padahal, kata Hasto, sebelum berbicara soal penjodohan capres-cawapres, haruslah mengetahui soal rekam jejak prestasi sosok tersebut.

"Lalu, ada menjodoh-jodohkan (capres-cawapres). Kami bertanya ketika mereka yang menjodohkan itu, harusnya juga memahami apa prestasinya," ujar Hasto di acara pelantikan pengurus DPD Taruna Merah Putih (TMP) di kantor DPD PDIP DKI Jakarta, Tebet, Jakarta, Jumat, 22 Juli. 

Hasto mengungkapkan, di jajaran DPP PDIP banyak tokoh yang sarat akan prestasi. Misalnya, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang memiliki rekam jejak prestasi yang terbukti. Bahkan saat menjadi Presiden ke-5 RI, Megawati berhasil menyelesaikan krisis multidimensi pada 2004.

"Ibu Mega legacy-nya jelas sebagai pemimpin yang berani membela kedaulatan bangsa lain ketika Amerika Serikat melakukan aksi bilateral terhadap Irak. Banyak pemimpin yang diam, tapi Bu Mega berani mengatakan membela Irak. Karena Irak adalah bangsa yang merdeka," ungkap Hasto.

Selain itu, lanjutnya, Megawati berhasil menghasilkan Pemilu 2004 yang sangat demokratis. Dimana, kata Hasto, tidak ada penggunaan instrumen hukum untuk meningkatkan elektoral suatu partai. Kemudian, kata Hasto, ada sosok Prananda Prabowo yang menegaskan kekuatan ideologi PDIP lewat dedication of life Bung Karno dan dengan panji-panji kehormatan partai berlambang banteng moncong putih itu. 

Hasto juga membeberkan prestasi Puan Maharani. Mulai dari Ketua Fraksi PDIP di DPR RI, hingga mengemban tugas sebagai Ketua DPR RI perempuan pertama di Indonesia. Puan, kata dia, juga pernah menjabat Menko PMK dan tak berhenti di tengah jalan hanya demi memegang jabatan lain.

Politikus asal Yogyakarta ini pun mengatakan, PDIP kaya dengan kader berprestasi dan sudah teruji lainnya. Hasto menyebut ada Menteri Sosial Tri Rismaharini, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, mantan bupati Banyuwangi 2 periode Abdullah Azwar Anas, hingga Djarot Saiful Hidayat. Belum lagi sederet kader PDIP yang tengah dipersiapkan menjadi calon pemimpin masa depan.

“Mbak Puan juga seperti itu, beliau persiapkan, Mas Prananda ideologi dipersiapkan, Bu Risma dipersiapkan, Pak Ganjar dipersiapkan sehingga PDI perjuangan itu begitu kaya dengan pemimpin-pemimpin muda yang semuanya berdisiplin pada arahan Ibu Mega," kata Hasto.

"Jadi misalnya ada yang mengusulkan, wah ini dari PDI Perjuangan, prestasinya jelas, kinerjanya jelas, bisa dipertanggungjawabkan, rekam jelas, bebet, bobot, bebet-nya,” sambungnya.

Namun, Hasto menekankan saat ini PDIP tak terlalu memikirkan nama capres-cawapres. Sebab, kata dia, skala prioritas bagi PDIP adalah bergerak ke bawah.

Sebab, kata Hasto, saat ini dunia sedang menghadapi krisis dan Indonesia bisa terkena dampaknya. Karena itu, menurutnya, rakyat harus diperkuat dan menjadi skala prioritas terpenting saat ini.

“Belum selesai pandemi sudah ada krisis pangan. Pendidikan masih tantangan riil kita. Perguruan tinggi kita masih kalah sama Singapura dan Malaysia. Ini tantangan kita,” kata Hasto.

Hasto menambahkan, PDIP terus mendorong Mendikbud Ristek Nadiem Makarim dengan konsepsi Merdeka Belajar untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan nasional. "Pekerjaan rumah Pak Nadiem sangat berat karena mewarisi berbagai persoalan pendidikan yang sistemik sejak jaman orde baru,” tegas Hasto.

Lagipula sambung Hasto, pihaknya tak yakin bila seorang capres ditetapkan sekarang, maka kualitasnya akan langsung berubah jadi baik.

“Ketika capres ditetapkan (parpol, red), misal hari ini, sementara KPU melakukan penetapan tahun depan, apakah 6-8 bulan ini akan merubah kualitas seseorang calon itu? Tidak. Sebab kualitas ditentukan oleh kualitas gemblengan dan kaderisasinya. Bahkan nabi harus digembleng. Maka skala prioritas sekarang, berkomva saja ke tengah rakyat, apa berprestasi di tengah rakyat, rakyat akan apresiasi. Maka mari lomba kinerja,” kata Hasto.