Semburkan Abu 2.000 Meter, Warga Diminta Hindari Aktivitas 5 Km dari Puncak Gunung Anak Krakatau
Gunung Anak Krakatau erupsi pada 2018. (Antaranews)

Bagikan:

LAMPUNG - Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM meminta masyarakat menghindari radius lima kilometer dari kawah aktif Gunung Anak Krakatau menyusul tinggi kolom erupsi abu vulkanik sudah mencapai 2.000 meter.

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama (KLIK) Kementerian ESDM Agung Pribadi meminta masyarakat tidak beraktivitas di daerah potensi bahaya.

Dia juga meminta untuk mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di sekitar Gunung Anak Krakatau.

"Sesuai laporan PVMBG, sehubungan dengan tingginya pergerakan aktivitas Gunung Anak Krakatau, kami merekomendasikan agar masyarakat tidak diperbolehkan mendekati Gunung Anak Krakatau dalam radius lima km dari kawah aktif," kata Agung dalam keterangannya, Selasa 19 Juli.

Aktivitas vulkanik disertai erupsi Gunung Anak Krakatau terus menunjukkan peningkatan sejak empat hari terakhir.

Pengamatan tersebut terekam dalam seismograf milik PVMBG Badan Geologi Kementerian ESDM. Pada Senin 18 Juli, pukul 08.26 WIB, tinggi kolom erupsi mencapai 2.000 m di atas puncak dengan amplitudo maksimum 53 mm dan durasi 127 detik.

Dalam pengamatan kegempaan, lanjut Agung, Gunung Anak Krakatau mengalami enam kali tremor harmonik dengan amplitudo 12-17 mm, lima kali gempa low frequency, dua kali gempa vulkanik dangkal berdurasi 10-12 detik.

Selanjutnya satu kali gempa vulkanik dengan durasi 25 detik, serta satu kali gempa tremor menerus beramplitudo 0,5-25 mm (dominan dua mm).

Agung juga menyampaikan erupsi Gunung Anak Krakatau pertama terjadi pada Sabtu 16 Juli, pukul 22.55 WIB, disertai tinggi kolom letusan teramati 1.500 m di atas puncak dengan amplitudo maksimum 50 mm selama 29 detik.

Dilanjutkan, pada pukul 23.39 WIB dengan tinggi erupsi 1.500 m di atas puncak. Selang sehari, Anak Krakatau kembali mengeluarkan erupsi dengan tinggi 2.000 m di atas puncak selama 79 detik.

Secara historis, menurut Agung, potensi bahaya longsoran tubuh Gunung Anak Krakatau merupakan ancaman bahaya permanen yang perlu selalu diwaspadai dan diantisipasi utamanya oleh instansi berwenang dalam peringatan dini bahaya ikutan gunung api seperti tsunami.

"Longsoran tubuh gunung api tidak dapat diprediksi waktu kejadian dan volumenya, serta tidak bergantung pada kondisi sedang mengalami erupsi maupun tidak. Longsoran tubuh gunung api dapat terjadi dengan atau tanpa diawali peningkatan aktivitas gunung api," ungkapnya.

Oleh karena itu, ia pun meminta masyarakat mematuhi rekomendasi yang dikeluarkan Badan Geologi Kementerian ESDM melalui PVMBG, serta tidak terpancing berita tidak benar dan tidak bertanggung jawab mengenai aktivitas Gunung Anak Krakatau.

Serta, selalu mengikuti arahan instansi berwenang yakni Badan Geologi yang akan terus melakukan koordinasi dengan BNPB dan kementerian/lembaga, pemda, dan instansi terkait lainnya.

Informasi aktivitas gunung api di Indonesia, gempa bumi, dan gerakan tanah terkini dapat diperoleh melalui aplikasi Magma Indonesia atau laman www.vsi.esdm.go.id atau magma.esdm.go.id, dan media sosial PVMBG (Facebook, Twitter, dan Instagram pvmbg).