Bagikan:

JAKARTA - Pengamat politik Universitas Diponegoro Teguh Yuwono menilai wajar pernyataan Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, yang menyebut Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) akan melanjutkan kepemimpinan Presiden Joko Widodo.

Menurut Teguh, ucapan Airlangga adalah strategi KIB untuk mendapat dukungan dari basis pemilih Jokowi. 

"Dalam politik, klaim itu sesuatu yang biasa dan wajar. Misalnya KIB menggunakan kata-kata legacy presiden Jokowi, itu kan satu upaya untuk mempengaruhi pemilih. Karena bagaimanapun Pak Jokowi punya grass root, pemilih akar rumput politik yang besar," ujar Teguh kepada wartawan, Jumat, 15 Juli. 

Dengan melanjutkan legacy Jokowi, menurut Teguh, KIB yang diinisiasi Golkar, PAN dan PPP akan memperoleh dukungan psikologis masyarakat. Namun, kata dia, pernyataan ini juga perlu diperkuat oleh tim Presiden Jokowi atau tim pemerintah sebagai bentuk validasi.

Teguh memandang, korelasi saat KIB mengklaim akan melanjutkan kepemimpinan Jokowi bisa menggandeng PDIP. Sebab, menurutnya, Golkar, PAN dan PPP memiliki hubungan baik dengan pemerintah maupun partai pemenang pemilu, yakni PDIP.

"Di situ ada perekatnya, ketika KIB membicarakan legacy presiden, Jokowi sendiri terikat dengan Bu Mega, sangat mungkin KIB menjadi poros baru atau bergabung dengan PDIP," jelasnya.

Teguh menilai, KIB masih bisa melakukan pendekatan dan bongkar pasang koalisi selama belum didaftarkan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU). 

"Walaupun suara rakyat sudah kelihatan ke mana, trend-nya, tinggal gimana pilihan itu diambil partai politik," tandasnya.

Sebelumnya, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartanto mengatakan, Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang dibentuk Golkar bersama PAN dan PPP adalah koalisi yang akan melanjutkan legacy atau warisan pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).

"Kalau kata yang paling pas ini adalah sebuah koalisi yang akan melanjutkan legacy Bapak Presiden dan saat sekarang tentu menyukseskan kepemimpinan Bapak Presiden," kata Airlangga dalam sebuah acara televisi, Rabu, 13 Juli. 

Meski begitu, Airlangga menjawab diplomatis saat disinggung soal isu yang menyebutkan koalisi itu adalah bentukan Jokowi.

"Kalau urusan pandangan silakan memandang-mandang, terlalu banyak segi yang bisa dilihat dari pandangan," katanya.