JAKARTA - Dinamika internal Partai Golkar disebut menguat usai Waketum Golkar Bambang Soesatyo (Bamsoet) menyatakan pihaknya sudah final mengusung Airlangga Hartarto sebagai calon presiden. Ucapan Bamsoet itu justru dinilai sebagai kuncian bagi Airlangga.
Pengamat politik Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam, mengatakan kuatnya dinamika di internal Partai Golkar berpotensi mengancam masa depan kepemimpinan Ketua Umum Airlangga Hartarto, termasuk juga konstelasi politik di Koalisi Indonesia Bersatu (KIB).
"Golkar merupakan partai politik yang dihuni oleh berbagai macam gerbong kekuatan politik yang tidak tunggal. Akibatnya, masing-masing kekuatan akan saling mengintai dan saling serang," ujar Umam di Jakarta, Rabu, 3 Agustus.
Dia mencontohkan, pernyataan Bambang Soesatyo yang menegaskan bahwa Airlangga adalah capres pilihan dari Partai Golkar. Namun menurut Umam, ucapannya ini bisa mengunci Airlangga.
“Dalam konteks ini, statemen Bamsoet tentang pencapresan Airlangga ini merupakan strategi untuk mengunci langkah Airlangga yang sebenarnya sedang menjalankan 'time buying strategy' untuk menantikan dinamika hubungan Istana, Presiden dan PDIP dalam mencapreskan Ganjar Pranowo,” ungkap Umam.
Bamsoet, kata dia, melihat bahwa kubu Airlangga dan KIB yang mulai menarasikan pencapresan dan pencawapresan dari internal partai. Jika pencapresan Airlangga dipaksakan, menurut Umam, hal itu akan berdampak pada soliditas KIB sendiri.
Sebab, lanjut Umam, partai papan tengah seperti PAN dan PPP cenderung tidak berani memainkan strategi politik yang spekulatif. Mereka cenderung akan berpihak pada koalisi yang memiliki kemungkinan menang lebih besar.
Dosen Universitas Paramadina Jakarta ini menambahkan, Jika tidak memiliki Capres-Cawapres yang kompetitif, partai-partai papan tengah itu tidak akan mendapatkan coat-tail effect yang optimal. Sehingga berpotensi membuat mereka terdegradasi dari Parliamentary Threshold 4 persen yang menghantui mereka, khususnya PAN dan PPP.
"Jika akhirnya Airlangga salah langkah, hal itu akan menjadi celah bagi Bamsoet untuk mengkudeta kepemimpinan Airlangga. Karena itu kubu Airlangga harus mengantisipasi kondisi ini," kata Umam.
BACA JUGA:
"Sekarang tinggal bagaimana Airlangga mempergunakan kepemimpinannya untuk menjaga stabilitas internal partainya. Di saat yang sama, Airlangga juga harus mematangkan strategi politiknya, agar tidak salah langkah. Jika sampai salah langkah, ada kekuatan lain yang sudah menunggu untuk menantang kepemimpinannya," tambah Umam.