Bagikan:

RIAU - Sebanyak lima narapidana Lapas Kelas IIA Bengkalis, Riau memproduksi tempe mulai 20 kg tempe per hari untuk memenuhi kebutuhan Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP). Tempe merupakan makanan yang sangat digemari masyarakat di Indonesia.

Di lapas dan rutan, tempe juga menjadi menu makanan wajib bagi warga binaan. Hampir setiap hari, tempe masuk daftar menu makanan yang diperintahkan Direktorat Jenderal (Ditjen) Pemasyarakatan.

"Karenanya lapas harus konsisten melakukan kegiatan pembinaan. Beri keahlian WBP sebaik-baiknya, lakukan dengan memperbanyak program keterampilan. Masyarakat juga harus mendukung, dengan cara ikut membeli dan menggunakan produk-produk hasil karya WBP," kata Kepala Kanwil Kemenkumham Riau Mhd. Jahari Sitepu di Pekanbaru, Antara, Jumat, 8 Juli.

Mhd. Jahari Sitepu bahkan pernah mengunjungi Lapas Bengkalis beberapa waktu lalu dan sempat meninjau proses pembuatan tempe tersebut. Jahari sangat mendukung kegiatan ini dan berharap semakin banyak WBP yang dilibatkan.

Selain rasanya yang enak dan berprotein tinggi, ternyata tempe mampu melawan radikal bebas dan mencegah diabetes. Tak heran kalau tempe sekarang menjadi makanan yang mendunia, sudah menembus pasar Australia, Eropa dan Amerika.

Sebelumnya, untuk menangkap peluang pasar yang menggiurkan tersebut, salah satu petugas Lapas Bengkalis menyampaikan idenya kepada Kasi Kegiatan Kerja Lapas Bengkalis Novindra Pajinjing Siahaan.

"Daripada penyedia bahan makanan (pemborong bama) napi beli di pasar, mending kita yang buat tempe dan jual ke dia pak. Kita dapat untung, WBP dapat ilmu dan ada kegiatan di lapas, biar nggak stres menjalani hukuman. Kalau WBP nggak stres, lapas kan aman dan tertib pak,” katanya pula.

Setelah mendapat persetujuan Kepala Lapas Kelas IIA Bengkalis Edi Mulyono, pihak lapas kemudian merekrut 5 WBP yang akan dibimbing dan dilatih cara membuat tempe. Pelatihnya pun bukan sembarangan, Lapas Bengkalis mendatangkan pengusaha tempe ternama di Pulau Bengkalis.

"WBP ini sekarang sudah bisa membuat tempe. Setiap hari kerja mulai pukul 08:00 WIB-11.00 WIB, mereka bekerja dengan pengawalan dan bimbingan petugas lapas. Nggak perlu jauh dan susah memikirkan pemasaran, kami jual ke pemborong bahan makanan napi di sini. Pemborong kaget, ternyata hasilnya (produksi tempe) berkualitas dan tak kalah dengan yang dijual di pasaran,” kata Kalapas Bengkalis Edi Mulyono.

Saat ini, WBP baru mampu memproduksi 20 kg tempe per hari dengan keuntungan Rp140 ribu. Modal usaha diperoleh dari Koperasi Pegawai Lapas Bengkalis, sedangkan untungnya dibagi ke koperasi, WBP, dan disetor ke negara sebagai PNBP (pendapatan negara bukan pajak).

ZAD (28), salah satu WBP yang mengikuti kegiatan ini menceritakan bahan baku pembuatan tempe adalah kedelai berkualitas, ragi, dan plastik. Diperlukan ruangan yang sirkulasi udaranya sedikit, sehingga membuat ruangan hangat dan baik untuk proses fermentasi.

Proses pembuatan dimulai dengan pemilihan dan pencucian kedelai, lalu direndam selama 12 jam dan dikupas kulitnya. Kemudian direbus, ditiriskan, dan ditaburi ragi sebanyak 1 sendok makan untuk 1 kg kedelai. Lalu dibungkus dengan plastik dan difermentasikan di ruangan bersuhu 38-40 derajat Celsius selama 1 hari.

"Saya sangat berterima kasih atas keterampilan yang diberikan pihak lapas. Saya masuk penjara karena nekat mencuri, saat itu saya pengangguran. Sekarang saya sudah punya keahlian, saya akan jadi pengusaha tempe. Harapannya tidak hanya membuat tempe, tapi juga produksi berbagai jenis olahan tempe," katanya bersemangat.