'Beli 70 Ekor Kambing Mati 40, Sampai Nangis Kami,' Cerita Pilu Pedagang Ternak di Batam Jelang Iduladha Gegara Lamanya Pengiriman
Ilustrasi-Pedagang hewan qurban di Batam memotong kambing yang sudah terlihat hampir mati akibat kelelahan. (ANTARA

Bagikan:

BATAM - Pedagang hewan ternak kurban di Batam mengklaim, angka kematian ternak kambing sangat tinggi akibat kelelahan.

"Angka kematian kambing luar biasa, mungkin akibat perjalanan lebih jauh. Perjalanan itu biasanya kalau melalui Kuala Tungkal, Jambi, kematian hanya satu sampai dua ekor saja, sekarang ini karena lebih jauh karena dari Lampung Tengah,” ujar Kakan Sriagung, salah satu pedagang hewan qurban di Batam Kepulauan Riau, Antara, Senin, 4 Juli.

Dia menjelaskan pada pengiriman terakhir beberapa hari lalu dari Lampung Tengah, angka kematian kambing bahkan lebih dari setengah dari jumlah kambing yang dikirimkan.

“Kambing kemarin ada masuk juga sekitar 70 ekor dan matinya sekitar 40 ekor, angka kematiannya luar biasa,” katanya.

Kambing-kambing yang mati itu terpaksa harus dikuburkan agar tidak menimbulkan bau yang tidak sedap. "Dua hari lalu sampai nangis kami bang, baru sampai, belum masuk kandang sudah mati," ucapnya.

Ia menilai aturan pemerintah yang mengharuskan hewan kurban itu di kirim dengan sistem port to port (pelabuhan ke pelabuhan) yang terlalu jauh tidak cocok untuk hewan kurban jenis kambing.

"Fisik kambing dan sapi itu kan berbeda, kalau sapi mungkin masih kuat dari Lampung, tapi kalau kambing fisiknya tidak seperti sapi,” katanya.

Dengan adanya kejadian itu dia mengaku mengalami kerugian yang cukup besar. Ia juga memastikan kebutuhan hewan kurban untuk Idul Adha di Batam tidak akan tercukupi jika keadaan tidak segera membaik.

Apalagi sekarang pemerintah daerah sudah memberhentikan pengiriman hewan kurban dari Lampung Tengah.

 

“Tadi malam saja kami mengembalikan DP (uang muka) pembeli yang sudah kasih ke kami. Mereka sudah kasih ke kami DP sebesar Rp500 ribu sampai Rp 1 juta, jadi tadi malam kami mengembalikan DP untuk 50 ekor. Kambing itu harganya sekitar Rp3 juta sampai Rp4 juta, dikalikan saja dengan 50 ekor yang tidak jadi dibeli, sudah berapa kerugian kami,” ungkapnya.