Djarot: Begitu Banyak Warisan Bung Karno yang Harus Dijaga dan Dilestarikan
Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Ideologi dan Kaderisasi, Djarot Saiful Hidayat/ Foto: Antara

Bagikan:

JAKARTA - Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Ideologi dan Kaderisasi, Djarot Saiful Hidayat menilai warisan sang proklamator Indonesia Soekarno harus dijaga dan dilestarikan masyarakat.

"Apa pun yang diwariskan Bung Karno kepada kita semua, tanggung jawab kita terutama generasi muda bisa mengambil apinya, mengambil semangatnya, kemudian mengaktualisasikan dengan kondisi dan tantangan ke depan seperti apa," kata Djarot mengutip Antara, Minggu, 3 Juli.

Dia menerangkan, Bung Karno merupakan arsitek kemerdekaan bangsa-bangsa di dunia. Di Indonesia, Bung Karno mencanangkan fondasi yang pertama, yakni ideologi Pancasila.

Dengan ideologi Pancasila, lanjut Djarot, maka terbentuk karakter. Dengan karakter tersebut, seseorang menjadi manusia seutuhnya.

"Ketika kehilangan karakter, maka hilanglah semuanya, tidak menjadi manusia seutuhnya, tidak mempunyai karakter, tidak mempunyai kepribadian yang tangguh, tidak mempunyai semangat juang yang menyala-nyala dan tidak paham dilahirkan sebagai bangsa," kata mantan gubernur DKI Jakarta ini.

Dalam kesempatan yang sama, Peneliti Karya Arsitektur Bung Karno, Dr Ir Yuke Ardhiari, mengatakan karya Bung Karno turut menghiasi bangunan megah di Indonesia.

Gelora Bung Karno (GBK), Monumen Nasional (Monas), Masjid Istiqlal, Monumen Selamat Datang, Gedung Conefo DPR RI ialah bagian kecil bangunan yang digagas oleh Putra Sang Fajar itu di Jakarta.

Yuke mengatakan, GBK merupakan warisan Prolamator RI itu untuk menunjukkan kebesaran Indonesia dalam bidang olahraga.

"Beliau (Bung Karno) mengatakan ingin gedung olahraga terbesar di Asia Tenggara yang belum pernah ada sebelumnya. Bung Karno bilang saya hanya mau podium itu dan audiens itu tidak terkena hujan dan panas ketika mereka di sana. Mereka harus 'happy' semua, harus merasakan kenyamanan dalam gelanggang," kata Yuke.

Yuke menerangkan Bung Karno juga menggagas Hotel Kempinski yang sangat megah pada saat itu. Bung Karno, kata dia, ingin hotel tersebut dipakai untuk mewadahi delegasi internasional yang mengikuti Asian Games pada 1962.

"Dan, sebagai bagian akselerasi pariwisata Indonesia," jelas Yuke.

Tak sampai di situ, Bung Karno juga menggagas pembangunan Masjid Istiqlal yang terletak di samping Gereja Katedral. Bung Karno, kata Yuke, menginginkan Istiqlal menjadi masjid terbesar di Asia Tenggara.

"Untuk di Jakarta saja, perkiraan sejak beliau menjadi presiden, itu sedikitnya sepuluh karya yang tercatat dalam proyek Mercusuar Bung Karno. Tetapi itu di luar proyek pemerintah saat itu. Proyek Mercusuar itu ialah proyek kemegahan Indonesia," kata Yuke.