JAKARTA - Keluarga Presiden ke-4 Abdurrachman Wahid atau Gus Dur menegaskan tak akan satu gerbong dengan Muhaimin Iskandar atau Cak Imin di Pemilihan Umum (Pemilu) 2024, khususnya pemilihan presiden (Pilpres). Ketegasan ini disampaikan juru bicara Yenny Wahid yang merupakan anak Gus Dur, Imron Rosyadi Hamid.
Imron angkat bicara setelah Cak Imin menyerang Yenny Wahid melalui akun Twitternya, @cakimiNOW pada hari ini, Kamis, 23 Juni. Cak Imin mengatakan Yenny Wahid bukan bagian Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
"Pernyataan Mbak Yenny tentang PKB Muhaimin dan PKB Gus Dur merupakan upaya memberikan pemahaman kepada masyarakat , terutama berkait Pilpres 2024. Bahwa Keluarga Gus Dur hingga saat ini tidak dalam gerbong Muhaimin," kata Imron kepada wartawan dalam keterangan tertulisnya, Kamis, 23 Juni.
Imron juga menyebut pernyataan Cak Imin agar Yenny tak ikut campur terkait kepengurusan PKB dinilainya salah paham. Lagipula, selama ini, Cak Imin kerap mengeksploitasi nama Gus Dur.
Padahal, Cak Imin telah merebut PKB dari Gus Dur yang merupakan pamannya sendiri di Pengadilan.
"Selama ini PKB Muhaimin Iskandar tetap mengeksploitasi nama ataupun gambar Gus Dur meskipun Gus Dur adalah paman yang dia lawan secara hukum di pengadilan," tegasnya.
Tak sampai di sana, Imron juga mengingatkan PKB Cak Imin mengalami penurunan suara pada 2009 lalu. Suara PKB saat ini yaitu sebesar 9,69 persen tidak bisa melebihi persentase perolehan PKB pada Pemilu 1999 yang mencapai 12,62 persen.
"Membandingkan angka perolehan 13,57 juta suara di Tahun 2019 dengan 13,2 juta suara di dua dekade sebelumnya (1999) menjadi tidak relevan dan manipulatif karena variabel kenaikan jumlah penduduk Indonesia seolah-olah tidak diperhitungkan," ungkap Imron.
BACA JUGA:
Ia pun menanggapi sindiran Cak Imin terhadap Yenny yang dianggap gagal mendirikan partai. Kata Imron, kegagalan itu bukan hanya urusan teknis verifikasi tapi gegara upaya penggagalan dari beberapa pihak.
"Saya Yakin Cak Imin tidak akan mampu buat partai karena PKB saat ini berhasil didirikan Tahun 1998 dengan menggunakan jaringan NU di bawah Kepemimpinan Gus Dur," pungkasnya.