JAKARTA - Kecaman terhadap pemerintah Prancis terus berdatangan dari banyak negara, terutama yang mayoritas Muslim. Prancis menanggapi dinamika itu dengan seruan terbaru mereka, yakni mengingatkan penduduknya di negara mayoritas Muslim untuk berhati-hati.
Dilansir Reuters, Selasa, 27 Oktober, pemerintah Prancis menyadari lonjakan kemarahan dunia Muslim pada mereka. Peringatan itu disampaikan secara resmi oleh Kementerian Luar Negeri lewat surat.
Negara-negara yang dicantumkan dalam surat itu adalah Indonesia, Bangladesh, Irak, serta Maurtania. Bahkan pemerintah Prancis melarang warganya menghadiri pertemuan publik dan meminta mereka menjauhi kawasan yang menjadi pusat protes dan demonstrasi, jika ada.
“Direkomendasikan untuk melakukan kewaspadaan terbesar, terutama saat bepergian, dan di tempat-tempat yang sering dikunjungi oleh wisatawan atau komunitas ekspatriat,” ungkap surat pernyataan Kemenlu Prancis.
Kewaspadaan juga turut ditujukan kepada warga Prancis di Turki. Sebelumnya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan kecaman terhadap Prancis. Erdogan bahkan menyerukan boikot produk-produk asal Prancis.
BACA JUGA:
Prancis, lewat Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin membalas sikap Turki. Ia meminta Turki tak mencampuri urusan dalam negeri Prancis. Selain Turki, Darmanin juga menyinggung Pakistan yang menunjukkan sikap keras serupa Turki. Memanasnya hubungan antara dua negara membuat Prancis menarik Duta Besar dari Ankara.
Perselisihan saat ini berakar dari serangan di luar sebuah sekolah Prancis pada 16 Oktober. Seorang pria 18 tahun asal Chechnya memenggal kepala Samuel Paty, guru sejarah berusia 47 tahun.
Sang guru sebelumnya menunjukkan karikatur Nabi Muhammad kepada murid-muridnya dalam mata pelajaran tentang kebebasan berbicara. Kartun itu pertama kali muncul beberapa tahun lalu di majalah satire Charlie Hebdo, yang kantornya di Paris.