Kasus COVID-19 DKI Dikhawatirkan Melonjak Akibat Demo, Wagub: Belum Ada Peningkatan
Ilustrasi (Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria menyebut, belum ada tanda-tanda pelonjakan kasus COVID-19 akibat pengumpulan massa berupa aksi unjuk rasa beberapa waktu lalu.

Riza malah mengatgakan, dalam beberapa hari terakhir, ada kecenderungan penurunan tingkat penularan COVID-19 sejak aksi unjuk rasa penolakan Undang-Undang Cipta Kerja 8 Oktober.

"Alhamdulillah, sampai hari ini belum ada tanda-tanda peningkatan. Justru yang terjadi, kecendrungan pertambahan kasusnya menurun. Kasus aktif juga menurun," kata Riza di Balai Kota DKI, Jakarta Pusat, Jumat, 23 Oktober.

Umumnya, ketika ada penularan virus akibat pengumpulan massa sejak 8 Oktober, lonjakan kasus akan dapat diketahui setelah 1 pekan berikutnya. Sementara, beberapa hari belakangan ini, belum ada lonjakan kasus COVID-19 di DKI.

Kasus baru COVID-19 di DKI sebesar 964 kasus pada 20 Oktober, 1.000 pada 21 Oktober, 989 pada 22 Oktober, dan 952 pada 23 Oktober. Riza juga menyebut bahwa tren kenaikan kasus COVID-19 justru semakin stabil.

"Angka kesembuhan kita juga meningkat, sekarang 84,2 persen, angka kematian turun 2,2 persen, R0 (tingkat penularan) 1,07," ucap Riza.

 

Riza menyebut, kestabilan angka kasus COVID-19 terbantu oleh semakin masifnya upaya pemeriksaan, peningkatan kapasitas perawatan, hingga lokasi isolasi COVID-19 terkendali.

"Lalu, semua tes PCR kita tingkatkaan melebihi dari standar yang diminta, 6 kali melebihi dari standar. Ruang ICU, ruang isolasi, tenaga kesehatan, semua sarana prasarana kita tingkatkan. Itulah yang membantu di jakarta ktia mengendalikan COVID-19," tutur dia.

Sebelumnya, ahli epidemiologi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Tri Yunis Miko Wahyono mengkhawatirkan penularan COVID-19 akan naik akibat penyelenggaraan aksi unjuk rasa tolak Undang-Undang Cipta Kerja pada Kamis, 8 Oktober.

"Pak Gubernur terlalu terburu-buru melakukan PSBB transisi. Sebab, ada multiplayer effect saat PSBB transisi diterapkan setelah aksi demo beberapa hari lalu," kata Miko.

Miko memperkirakan, pertambahan jumlah kasus harian COVID-19 bisa menjadi 2 kali lipat akibat pelonggaran pembatasan yang dilakukan setelah aksi unjuk rasa.

"Kalau sekarang rata-rata pertambahan kasus di DKI 900, dengan adanya demo ditambah penerapan PSBB transisi, bisa jadi akan dua kali lipatnya, jadi bisa sekitar 1.800 kasus per hari. Karena, bisa-bisa reproduction number jadi di angka 2," jelas dia.