BADUNG - Kasus positif COVID-19 di Pulau Bali melonjak hingga tembus 222 orang pada Kamis, 28 Juli. Wagub Bali Tjok Oka Artha Ardhana Sukawati atau Cok Ace mengklaim tingginya kasus tersebut bukan karena adanya varian baru subvarian centaurus alias BA.2.75.
"Kan di Bali ada satu (kasus) dan tidak berkembang. Tapi, memang varian terakhir ini penyeberangan cepat sekali tapi faktor resikonya rendah," kata Wagub Cok Ace saat ditemui di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Jumat, 29 Juli.
Menurutnya, kasus COVID-19 di Bali mulai tinggi karena adanya wisatawan yang masuk ke Pulau Bali. Wisatawan itu diketahui positif COVID-19 setelah sampai di Bali
Namun disebut Cok Ace, orang yang terpapar COVID-19 kebanyakan orang tanpa gejala (OTG).
"Itu mereka umumnya sampai ke sini ketahuan, karena mereka sudah ada hotel dan mereka OTG semua. Jadi kebanyakan mereka mengisolasi sendiri dirinya di hotel," ujarnya.
BACA JUGA:
Sebelumnya, Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama mengimbau masyarakat untuk mewaspadai tren peningkatan kasus dan kematian akibat COVID-19 di Indonesia.
"Yang meninggal di negara kita sejak Juni 2022 selalu di bawah sepuluh orang, tapi dalam beberapa hari terakhir ini bukan hanya kasus harian sudah di atas 6.000 orang, tetapi juga yang meninggal naik (jumlahnya) menjadi di atas sepuluh orang," kata Tjandra Yoga Aditama dikutip Antara, Jumat 29 Juli.
Berdasarkan perspektif kesehatan, kata Tjandra, saat ini terjadi kecenderungan kenaikan kasus dan meninggal dari waktu ke waktu yang perlu di waspadai bersama.
Sebagai ilustrasi, Australia mengalami angka kematian tertinggi akibat COVID-19 per hari pada 28 Januari 2022, yaitu 155 orang. "Di masa Omicron yang sekarang, maka sudah ada peningkatan tinggi kematian lagi," ujarnya.
Tjandra yang juga pakar ilmu kesehatan dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu mengatakan pada 27 Juli 2022 jumlah kasus meninggal di Australia sudah 126 orang per hari, sudah makin mendekati puncak kematian yang lalu.
Sementara itu di Jepang, kata Tjandra, kasus baru harian tertinggi pada 5 Februari 2022, berjumlah 102.775 orang. Tapi pada masa Omicron sekarang, pada 27 Juli 2022 kasus barunya sudah mencapai 209.694 orang.
"Jumlah tersebut dua kali lipat dari puncak kasus yang pernah dialami Jepang selama ini," katanya.