JAKARTA - Koalisi Indonesia Bersatu diprediksi akan solid jika ada keterbukaan antar partai politik yang terlibat di dalamnya, yakni Golkar, PAN dan PPP. Sebaliknya, koalisi ini akan cepat bubar apabila komunikasinya tidak berjalan secara fair.
Menanggapi hal itu, Ketua DPP PPP Ahmad Baidowi, meyakini partai-partai di KIB bisa mendisiplinkan para kader untuk mendukung kandidasi yang sudah ditetapkan bersama. Khususnya, capres-cawapres yang sudah diputuskan bersama.
“Itu menjadi tugas masing-masing partai untuk bisa mendisiplinkan kadernya agar bisa mengawal, mematuhi dan mendukung keputusan bersama di KIB. Saya yakin itu,” ujar Baidowi di Jakarta, Jumat, 10 Juni.
Politikus PPP yang akrab disapa Awiek ini pun meyakini para petinggi di KIB yang juga menteri Jokowi bisa tetap fokus bekerja. Diketahui, Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa merupakan Menteri PPN/Bappenas, sementara Ketua Umum Golkar adalah Menko Perekonomian.
“Saya kira mereka tetap bisa fokus, apalagi proses dan kegiatan di KIB dilakukan di luar jam kerja mereka sebagai menteri di kabinet Presiden Jokowi,” jelas Awiek.
Sebelumnya, Center for Strategic and International Studies (CSIS) menilai koalisi Indonesia Bersatu merupakan kaolisi strategis karena dibentuk lebih dini dan sudah memenuhi syarat minimal dukungan pencalonan 20 persen.
Meski demikian, Kepala Departemen Politik dan Perubahan Sosial CSIS, Arya Fernandes, menilai ada tiga hal penting yang bisa mempengaruhi soliditas atau daya tahan Koalisi Indonesia Bersatu. Pertama, seberapa fair dan terbuka power sharing didiskusikan di internal partai partai yang akan berkoalisi.
"Kalau lebih terbuka dan fair, diprediksi koalisinya akan lebih solid. Tapi kalau tidak, diprediksi akan gampang bubar," ujar ujar Arya dalam diskusi bertajuk "Manuver Koalisi Partai Menjelang Pemilu Presiden: Motivasi dan Resiliensi" secara daring, Rabu, 8 Juni.
Kedua, seberapa mampu mengusung calon yang potensial menang. Karena kalau tidak potensial menang, kata Arya, koalisi akan rentan bubar lantaran akan ada tarikan dari eksternal untuk berpindah ke koalisi lain yang dianggap mampu mengusung calon yang potensial menang.
BACA JUGA:
Ketiga, dipengaruhi oleh seberapa besar mampu merepresentasikan preferensi pemilih ketika memutuskan untuk bergabung dengan koalisi lain.
"Ini menjadi faktor penting. Karena kalau tidak bisa membaca arah pemilih partai, tentu akan berpengaruh kepada dukungan pemilih partai tersebut," pungkasnya.