Bagikan:

JAKARTA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan, pihaknya belum bisa menerima bergabungnya Swedia dan Finlandia ke Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), selama masih ada ruang publik yang diberikan kepada kelompok teroris.

"Televisi Swedia menayangkan wawancara dengan para pemimpin kelompok teroris. Kami tidak bisa mengatakan 'selamat datang di NATO' setelah ini. Hal yang sama berlaku untuk Finlandia," tegas Presiden Erdogan, dikutip dari TASS 9 Juni.

Dalam keterangan pers di sela-sela menerima kunjungan Presiden Venezuela Nicolas Maduro, Presiden Erdogan menggarisbawahi, "NATO adalah organisasi untuk menjamin keamanan, itu bukan organisasi untuk mendukung terorisme."

Presiden Turki menerima Maduro di ibu kota Ankara pada hari Rabu untuk membahas hubungan bilateral dan langkah-langkah untuk meningkatkannya.

Diketahui, Swedia dan Finlandia secara resmi mendaftar untuk bergabung dengan NATO bulan lalu, keputusan yang didorong oleh perang Rusia di Ukraina, yang berlangsung sejak 24 Februari, melansir Daily Sabah.

Tapi Turki, anggota lama aliansi, telah menyuarakan keberatan atas tawaran keanggotaan, mengkritik negara-negara Nordik karena menoleransi dan bahkan mendukung kelompok teroris.

Semua aplikasi keanggotaan harus dipenuhi dengan suara bulat dalam aliansi 30-anggota agar berhasil. Tuntutan utama Ankara adalah agar negara-negara Nordik menghentikan dukungan untuk PKK dan kelompok teroris YPG yang ada di wilayah mereka.

Selain itu, Turki juga menginginkan pencabutan larangan penjualan beberapa senjata ke Turki. Ankara mengatakan, larangan senjata terhadap sekutu tidak pantas untuk calon anggota pakta keamanan.