NATO Sambut Hangat Pendaftaran Finlandia-Swedia, Presiden Erdogan: Kami Berharap Sekutu Memahami Kepekaan Turki
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. (Wikimedia Commons/Kremlin.ru/Russian Presidential Executive Office)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengharapkan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) akan menunjukkan pemahaman tentang isu-isu sensitif Ankara seperti keamanan dan perlindungan perbatasan

"NATO mengambil langkah untuk memperluas sayap timurnya. Kami melihat bahwa di tengah krisis Ukraina, seseorang disambut dengan pelukan (hangat) dan ditunjukkan niat baik," ujar Presiden Erdogan dikutip dari TASS 19 Mei.

"Sebagai sekutu NATO, kami telah memerangi terorisme selama bertahun-tahun, tetapi belum melihat sikap seperti itu terhadap kami. Kami berharap sekutu kami memahami kepekaan kami, untuk menghormati dan mungkin mendukung kami," sambungnya.

Presiden Turki mengklaim bahwa Ankara tidak memiliki klaim atas wilayah asing, tetapi sangat penting bagi negara untuk menjaga keamanan nasional.

"Kami tidak memiliki klaim atas wilayah asing. Kami bertekad untuk membasmi asal-usul dari apa yang menjadi ancaman bagi keamanan kami," terang Presiden, merujuk pada operasi militer Turki terhadap militan Kurdi di Irak dan Suriah.

"Bukankah mitra NATO kami menyalurkan senjata dan amunisi ke organisasi teroris yang aktivitasnya menargetkan Turki?" tanya presiden secara retoris.

Diketahui, Presiden Erdogan telah berulang kali mengecam NATO karena penolakannya untuk membantu memerangi separatis Kurdi di dekat perbatasan Turki.

Diberitakan sebelumnya, keinginan Swedia dan Finlandia untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menemui hambatan lain, seiring dengan Presiden Turki mengatakan tidak akan menyetujui keduanya.

Swedia dan Finlandia membutuhkan masing-masing dari 30 anggota NATO untuk menyetujui aplikasi mereka. Proses ratifikasi diperkirakan akan memakan waktu hingga satu tahun, meskipun keberatan Turki meragukannya.

Pada konferensi pers Hari Senin Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan, Swedia dan Finlandia tidak perlu repot mengirim delegasi ke Ankara untuk membujuk Turki, agar mendukung tawaran mereka.

"Tak satu pun dari negara-negara ini memiliki sikap yang jelas dan terbuka terhadap organisasi teroris," kata Presiden Erdogan, melansir Reuters.

"Bagaimana kita bisa mempercayai mereka?" sambungnya.

Turki mengejutkan sekutu NATO-nya pekan lalu dengan mengatakan pihaknya tidak akan melihat aplikasi mereka secara positif, terutama mengutip sejarah mereka menerima anggota kelompok yang dianggap teroris oleh Ankara.

Presiden Erdogan mengulangi Turki tidak akan menyetujui tawaran mereka untuk bergabung dengan NATO, menyebut Swedia sebagai "tempat penetasan" untuk organisasi teroris, dan menambahkan bahwa mereka memiliki teroris di parlemennya.

Lebih jauh Presiden Erdogan mengatakan NATO akan menjadi 'tempat di mana perwakilan organisasi teroris terkonsentrasi', jika kedua negara bergabung.

Ankara mengatakan Swedia dan Finlandia menampung orang-orang yang dikatakan terkait dengan kelompok yang dianggap teroris, yaitu kelompok militan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) dan pengikut Fethullah Gulen, yang dituduh Ankara mengatur upaya kudeta 2016.