Peringatan Serius soal Vaksin: Relawan Meninggal dalam Ujiklinis AstraZeneca dan Oxford
Ilustrasi foto (Sumber: AstraZeneca)

Bagikan:

JAKARTA - Otoritas kesehatan Brasil, Anvisa mengumumkan kematian seorang relawan dalam ujiklinis vaksin COVID-19 yang dikembangkan AstraZeneca dan Universitas Oxford. Meski begitu, pihak Universitas Oxford menyatakan ujicoba akan tetap dilanjutkan.

Dikutip Reuters, Kamis, 22 Okober, Oxford mengonfirmasi rencana untuk terus melakukan pengujian. Dalam sebuah pernyataan, mereka menyatakan telah melakukan penilaian cermat. Tak ada kekhawatiran tentang keamanan ujiklinis.

Universitas Federal Sao Paulo, yang membantu mengoordinasikan ujiklinis fase III di Brasil juga menyarankan agar pengujian tetap dilanjutkan. Sementara, pihak AstraZeneca menolak berkomentar.

Relawan yang meninggal adalah pria 28 tahun yang tinggal di Rio de Janeiro. Ia meninggal karena komplikasi COVID-19. Anvisa tidak memberi rincian lebih lanjut. Mereka mengatakan informasi tersebut merupakan kerahasiaan medis dari mereka yang terlibat dalam ujicoba.

“Semuanya berjalan seperti yang diharapkan, tanpa catatan komplikasi serius terkait vaksin yang melibatkan sukarelawan yang berpartisipasi,” kata pihak Universitas Federal Sao Paulo dalam sebuah pernyataan. Setelah peristiwa tersebut, saham AstraZeneca turun 1,8 persen.

Sejauh ini, delapan ribu dari total 10 ribu sukarelawan direncanakan dalam ujicoba telah direkrut dan diberikan dosis pertama di enam kota di Brasil. Banyak dari relawan yang telah menerima suntikan kedua, kata juru bicara universitas.

Masalah di bulan Juli

Vaksin AstraZeneca terus diuji pada puluhan ribu sukarelawan di seluruh dunia. Tetapi berita kematian baru-baru ini jadi pengumuman merugikan dari ujicoba fase III . Pada Juli, AstraZeneca melakukan penghentian sementara ujiklinis untuk melakukan tinjauan keamanan akibat seorang sukarelawan yang memiliki suatu gejala.

Kondisi sukarelawan itu tidak diumumkan, hingga akhirnya AstraZeneca menulis surel kepada CNN bahwa relawan tersebut memiliki "kasus multiplesclerosis yang tak terdiagnosis." Panel independen menyimpulkan bahwa kondisi tersebut "tidak terkait dengan vaksin."

Kemudian, pada September, AstraZeneca mengumumkan telah menghentikan ujicoba global vaksin COVID-19 karena penyakit pada sukarelawan lainnya. Ujicoba Fase 3 AS dari AstraZeneca dimulai pada 31 Agustus, sebelum kemudian ujicoba dihentikan pada 8 September.

Pemerintah federal Brasil memiliki rencana membeli vaksin Inggris dan memproduksinya di pusat penelitian biomedis FioCruz di Rio de Janeiro. Sementara, vaksin pesaing asal China, Sinovac Biotech Ltd SVA.O sedang diuji pusat penelitian negara bagian Sao Paulo Butantan Institute. Namun Presiden Brasil Jair Bolsonaro mengatakan bahwa pemerintah federal tidak akan membeli vaksin Sinovac. 

Brasil memiliki wabah COVID-19 paling mematikan kedua, setelah Amerika Serikat. Diketahui bahwa terdapat 154.000 di Brasil yang meninggal akibat COVID-19. Sementara untuk jumlah kasus Brasil berada di urutan ketiga dunia dengan lebih dari 5,2 juta kasus, setelah Amerika Serikat dan India.