JAKARTA - Polda Metro Jaya mengungkap perubahan pola para perusuh ketika berbaur dengan massa aksi demonstrasi menolak Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Yusri Yunus menuturkan di awal aksi demonstrasi pada 8 Oktober lalu, para perusuh yang berasal dari kelompok anarko dan siswa Sekolah Teknik Mesin (STM) menyusup dengan cara hadir sejak pagi hari.
"Sebelumnya pagi mereka sudah datang (berbaur)," ujar Yusri kepada wartawan, Rabu, 21 Oktober.
Namun dengan adanya penindakan seperti razia yang menjaring ribuan orang diduga perusuh, mereka mengganti pola tersebut. Hingga pada aksi demonstrasi 13 Oktober, mereka mulai datang untuk berbaur dengan massa aksi pada sore menjelang malam.
"Sekarang ini dia (massa perusuh) ubah lagi, sore baru datang. Terakhir dia gabung sama-sama pada saat titik kumpul," kata Yusri.
BACA JUGA:
Kendati ada perubahan pola itu, Yusri menyebut pihaknya sudah melakukan langkah antisipasi. Terbukti, pada 20 Oktober aksi demonstrasi tidak berujung kericuhan meski masih ada sedikit gesekan.
"Nah kita pelajari, analisa, evaluasi cara mengatasi mereka semuanya. Alhamdulillah kemarin saat (demo) berjalan dengan aman walau ada riak tapi kita cepat lakukan tindakan humanis kita bisa amankan mereka semua," kata dia.
Adapun aksi unjuk rasa menolak Undang-Undang Cipta Kerja yang berlangsung Selasa, 20 Oktober melibatkan para mahasiswa dan buruh. Aksi kali demonstrasi berjalan dengan aman.
Meski, sekitar 33 orang diamankan karena diduga akan membuat kericuhan dalam aksi unjuk rasa tersebut. Saat itu, sebagian dari orang yang diamankan sudah dipulangkan setelah didata dan dibinia.