Chatib Basri: Jika Masih Ada Kebijakan Jaga Jarak, Mustahil Ekonomi Pulih
Mantan Menteri Keuangan, Chatib Basri. (Foto: Instagram @chatibbasri)

Bagikan:

JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) merilis laporan terbaru dari perkiraan PDB Indonesia terkontraksi 1,5 persen pada 2020. Sedangkan pada 2021 tumbuh positif diangka 6,1 persen. Namun, prediksi ini sangat bergantung pada bagimana penanganan pandemi yang dilakukan pemerintah.

Mantan Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, pemulihan ekonomi dapat terjadi jika pemerintah dapat menyelesaikan pandemi. Menurut dia, selama ini vaksin COVID-19 dianggap sebagai kunci dari penangaan pandemi. Namun, vaksin ini baru tersedia di akhir 2020 dan akan dilakukan vaksinasi pada 2021.

Seperti diketahui, pemerintah akan melakukan vaksinasi kepada 170 juta orang. Namun, pada tahap awal vaksin akan disuntikkan pada 25 juta kelompok rentan yaitu tenaga kesehatan, kemudian orang-orang dengan komorbid dan lanjut usia. Jumlah prioritas ini hanya sebagian kecil dari 270 juta penduduk Indonesia.

"Kita pakai angka yang konservatif aja deh 25 juta, 1 tahun itu 365 hari. Jadi kalau 25 juta saya bagi 365 hari, saya dapat per hari orang untuk disuntik vaksin sebanyak 68 ribu orang. Itu puasa, Natal, Lebaran tidak ada libur. Setahun disuntik 68 ribu," katanya, dalam diskusi virtual, Rabu, 21 Oktober.

Sementara itu, kata Chatib, kemampuan tes PCR hanya sekitar 20 hingga 30 ribu maksimum sampai hari ini. Ia lantas mempertanyakan, apakah Indonesia mampu menyuntikan vaksi kepada 68 ribu orang per hari selama satu tahun penuh.

"Pertanyaannya adalah kita mampu tidak menyuntik orang 68 ribu terus-menerus selama setahun? Saya tidak tahu jawabannya dan kabarnya vaksin itu harus disuntikkan dua kali. Jadi artinya itu kita harus bicara mengenai 68 ribu dikali dua. Artinya sepanjang 2021 itu baru vaksin didistribusi," tuturnya.

Chatib mengatakan, selama vaksinnya belum selesai didistribusikan, protokol kesehatan 3M yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak harus diterapkan. Artinya, ekonomi tidak mungkin bekerja 100 persen karena ada ketentuan harus menjaga jarak.

Lebih lanjut, Chatib memberikaan simulasi perhitungan menggunakan rumus matematika sederhana. Ia menjelaskan, di dalam kondisi normal 5 tahun terakhir, ekonomi Indonesia itu tumbuhnya 5 persen. Jika, IMF membuat diprediksi tahun depan ekonominya tumbuh 5 persen, berarti ekonomi kembali ke kondisi normal di mana bisa beroperasi 100 persen. Namun, ekonomi tidak mungkin beroperasi 100 persen selama pandeminya masih ada.

"Dengan logika yang sama saya mau bilang mustahil dia mencapai 5 persen, angkanya akan mencapai di bawah 5 persen. Kalau dia hanya beroperasi 70 persen mungkin perekonomian kita di sekitar 3,5 sampai 4 persen sekitar itu lah," jelasnya.

Chatib mengatakan, mungkin di kuartal I 2021 masyarakat yang sudah sebagian mendapat vaksinasi, sudah bisa menggerakan kembali ekonomi. Jumlahnya akan meningkat, seiring dengan bertambahnya jumlah orang yang berhasil dilakukan vaksinasi.

Namun, kata Chatib, angka pemulihan ekonominya tidak dapat mencapai 100 persen. Sebab, selama vaksinasi belum didistribusikan kepada target vaksin sebesar 25 juta orang, maka protokol kesehatan harus diterapkan, di mana masing-masing sektor telah mendapat batas maksimum kapasitas yang harus dipenuhi.

"Seperti, transportasi udara hanya 70 persen, atau mal dan restoran masing-masing 50 persen," jelasnya.