Sebut-sebut Drone, Menlu Finlandia Isyaratkan Tertarik Senjata Turki, Merayu Biar Diterima Jadi Anggota NATO?
Ilustrasi drone Bayraktar TB2 buatan Turki. (Wikimedia Commons/Ministry of Defence of Ukraine)

Bagikan:

JAKARTA - Finlandia menyatakan ketertarikannya terhadap sejumlah persenjataan buatan Turki, dengan pejabat tinggi negara itu menyebut drone, dilihat sebagai upaya untuk membujuk Ankara agar mendukung mereka diterima Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Bersama dengan Swedia, Finlandia mendaftar untuk bergabung dengan NATO bulan lalu sebagai tanggapan atas invasi Rusia ke Ukraina, tetapi mereka menghadapi perlawanan dari Turki.

Ankara menuduh mereka sebagai tempat yang aman bagi teroris, termasuk anggota kelompok teroris YPG/PKK. Selain itu, Turki juga menyinggung larangan ekspor senjata.

"Ada beberapa teknologi senjata dari Turki yang bisa menarik bagi Finlandia. Semua orang telah mengikuti drone ini dan sistem lainnya," kata Menteri Luar Negeri Finlandia Pekka Haavisto dalam konferensi pers, mengutip Daily Sabah dari Financial Times 2 Juni.

"Tapi saya tidak ingin terburu-buru sebelum acara. Mari kita lihat keadaan negosiasi saat ini terlebih dahulu," sambung Haavisto.

Lebih jauh dia mengatakan, negara Nordik dan Turki dapat melakukan kesepakatan senjata satu sama lain, jika keduanya adalah anggota aliansi barat.

Diketahui, Swedia dan Finlandia melarang ekspor senjata ke Turki, setelah operasi militer tahun 2019 yang berusaha membersihkan Suriah utara di sebelah timur Sungai Efrat dari YPG.

Ankara menganggap YPG identik dengan PKK dan memandang kedua kelompok itu sebagai organisasi teroris. PKK juga diakui sebagai organisasi teroris oleh Uni Eropa dan Amerika Serikat.

Apa yang dikatakan Haavisto mungkin mengacu pada kendaraan udara tak berawak (UCAV) Bayraktar TB2, yang telah terbukti efektif dalam beberapa tahun terakhir dalam konflik di Suriah, Libya dan Karabakh.

Militer Ukraina juga telah mengerahkan Bayraktar TB2, yang dikembangkan oleh raja drone Turki Baykar, melawan pasukan Rusia.

Untuk diketahui, pembicaraan antara pejabat Turki dan delegasi dari Swedia dan Finlandia sejauh ini hanya membuat sedikit kemajuan dalam mengatasi keberatan Ankara.

Sementara, Presiden Recep Tayyip Erdoğan mengatakan pada Hari Rabu, negara-negara Nordik belum memberikan tanggapan konkret kepada Turki yang memenuhi harapannya.

Hal ini meningkatkan prospek Turki mungkin masih menentang tawaran keanggotaan, ketika NATO mengadakan pertemuan puncak akhir bulan ini di Madrid. Adapun untuk diterima, seluruh 30 anggota NATO harus memberi persetujuan.