Bagikan:

JAKARTA - Menteri Luar Negeri China Wang Yi pada Hari Senin mendesak kawasan Pasifik untuk tidak 'terlalu cemas' tentang tujuan negaranya, setelah pertemuan dengan rekan-rekannya dari 10 negara pulau di kawasan tersebut menunda pertimbangan komunike perdagangan dan keamanan yang luas.

Menlu Wang menjadi tuan rumah pertemuan video dengan para menteri luar negeri dari negara-negara kepulauan Pasifik yang memiliki hubungan diplomatik dengan China, di tengah tur ke wilayah di mana ambisi Beijing untuk hubungan keamanan yang lebih luas telah menimbulkan kekhawatiran di antara sekutu Amerika Serikat.

Rancangan komunike dan rencana aksi lima tahun yang dikirim oleh China ke negara-negara yang diundang menjelang pertemuan itu menunjukkan, China sedang mencari kesepakatan perdagangan dan keamanan regional yang luas.

Namun rancangan komunike, yang pertama kali dilaporkan oleh Reuters, memicu oposisi dari setidaknya satu negara yang diundang, Negara Federasi Mikronesia, menurut sebuah surat yang bocor pekan lalu. Sementara, negara-negara lain menginginkannya diubah atau keputusan ditunda, kata seorang pejabat dari satu negara Pasifik kepada Reuters sebelum pertemuan.

Setelah pertemuan, yang mencakup Samoa, Tonga, Kiribati, Papua Nugini, Vanuatu, Kepulauan Solomon, Niue dan Vanuatu, Menlu Wang mengatakan diskusi lebih lanjut diperlukan untuk membentuk lebih banyak konsensus.

"China akan merilis kertas posisinya sendiri tentang posisi dan proposisi dan proposal kerja sama kami dengan negara-negara kepulauan Pasifik, dan ke depan kami akan terus melakukan diskusi dan konsultasi yang berkelanjutan dan mendalam untuk membentuk lebih banyak konsensus tentang kerja sama," katanya kepada wartawan di Fiji, melansir Reuters 30 Mei.

Lebih jauh Menlu Wang mengatakan, beberapa orang mempertanyakan motif China menjadi begitu aktif di pulau-pulau Pasifik, dan tanggapannya adalah China mendukung negara-negara berkembang di Afrika, Asia dan Karibia juga.

"Jangan terlalu cemas dan jangan terlalu gugup, karena pembangunan dan kemakmuran bersama China dan semua negara berkembang lainnya, hanya akan berarti harmoni yang besar, keadilan yang lebih besar dan kemajuan yang lebih besar bagi seluruh dunia," tuturnya.

Sementara itu, Duta Besar China untuk Fiji, Qian Bo mengatakan saat menjawab pertanyaan setelah pengarahan, para peserta telah sepakat untuk membahas rancangan komunike dan rencana lima tahun "sampai mencapai kesepakatan bersama."

"Ada dukungan umum dari 10 negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan kami, tetapi tentu saja ada beberapa kekhawatiran tentang beberapa masalah khusus," tukasnya.

Dia tidak mengidentifikasi area yang menjadi perhatian. Rancangan komunike yang luas itu telah mengusulkan pertukaran keamanan, kerja sama keamanan siber, pelatihan polisi China dan zona perdagangan bebas di wilayah, di mana sekutu AS, Australia, telah menjadi donor bantuan terbesar dan mitra keamanan tradisional.

Terpisah, Sekretaris Jenderal Forum Kepulauan Pasifik, Henry Puna, mendesak China pada pertemuan itu, untuk lebih folsu pada prioritas kawasan, yakni perubahan iklim dan pemulihan COVID-19 sesuai mekanisme yang disepakati.

Ini adalah kelompok utama kawasan, dengan 18 anggota termasuk negara-negara yang memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan dan bukan Beijing.

Dua negara yang bersekutu dengan Taiwan, Palau dan Tuvalu, baru-baru ini mengatakan bahwa mereka khawatir pulau-pulau Pasifik akan menjadi pion dalam persaingan negara adidaya.

"Kita semua sangat menyadari peningkatan intensitas manuver geopolitik di wilayah kita hari ini. Memang, masuknya kunjungan tingkat tinggi baru-baru ini ke Blue Pacific kami menunjukkan peningkatan nilai yang harus diberikan oleh mitra kami, termasuk China, pada kemampuan kolektif kami untuk pikirkan, jalani, libatkan, dan sampaikan," ujar Puna dalam pertemuan itu, menurut pernyataan itu.

Adapun Perdana Menteri Fiji Frank Bainimarama mengatakan kepada wartawan setelah pertemuan itu, negara-negara Pasifik memprioritaskan konsensus.

"Penilaian poin geopolitik kurang berarti bagi siapa pun yang komunitasnya tergelincir di bawah permukaan laut yang naik, yang pekerjaannya hilang karena pandemi, atau yang keluarganya terkena dampak kenaikan harga komoditas yang cepat," kata Bainimarama.

Diketahui, Amerika Serikat, Australia, Jepang dan Selandia Baru telah menyatakan keprihatinan tentang pakta keamanan yang ditandatangani oleh Kepulauan Solomon dengan China bulan lalu.

Mereka mengatakan itu memiliki konsekuensi regional, dapat menyebabkan kehadiran militer China di dekat Australia dan dalam posisi strategis di Australia. Pasifik.

Di Honiara pekan lalu, Menlu Wang mengutuk campur tangan dalam kesepakatan itu dan mengatakan hubungan Kepulauan Solomon dengan China adalah model bagi negara-negara kepulauan Pasifik lainnya.

Rencananya, Menlu Wang akan melakukan perjalanan ke kerajaan Pasifik Selatan Tonga untuk kunjungan dua hari pada Hari Selasa.