JAKARTA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan prihatin dengan perkembangan perang Rusia-Ukraina, berencana untuk berbicara dengan dua koleganya, Presiden Vladimir Putin dan Presiden Volodymyr Zelensky hari ini.
Presiden Erdogan diketahui menjadi salah satu kepala negara yang paling aktif berusaha untuk meredakan konflik kedua negara, sejak Rusia melakukan invasi ke Ukraina pada 24 Februari lalu.
"Kami bermimpi bahwa perang antara Rusia dan Ukraina ini akan berakhir dengan damai sesegera mungkin, tetapi tampaknya peristiwa itu berkembang secara negatif setiap hari," ujarnya mengutip TASS danri NTV 30 Mei.
"Pada Hari Senin, saya akan melakukan pembicaraan telepon baik dengan (Presiden) Rusia dan (Presiden) Ukraina. Kami akan terus mendesak kedua pihak untuk menggunakan saluran dialog dan diplomasi," tandas Presiden Erdogan.
Sementara itu, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengkonfirmasi kepada TASS pada Minggu malam, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berencana untuk mengadakan pembicaraan telepon pada 30 Mei.
"Ya," kata juru bicara kepresidenan Rusia, menanggapi pertanyaan tentang apakah kontak semacam itu diharapkan terjadi pada Hari Senin.
Pembicaraan telepon terakhir antara Putin dan Erdogan berlangsung pada 26 April dan 28 April. Seperti yang dilaporkan kantor pers Kremlin, presiden kedua negara membahas, khususnya, upaya pihak Rusia untuk memastikan keamanan warga sipil di Ukraina, termasuk pembukaan koridor evakuasi. Presiden Putin juga memberi tahu mitranya dari Turki tentang bagaimana pembicaraan Rusia-Ukraina berlangsung.
Terkait dengan penolakan Turki terkait keinginan Swedia dan Finlandia bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), Presiden Erdogan menyebut Rusia juga tidak mendukung.
"Tentu saja, Rusia tidak akan melihat secara positif hal-hal ini (aksesi oleh Swedia dan Finlandia ke NATO]. Rusia, pertama-tama, prihatin atas masalah Finlandia. Mengapa? Karena ini adalah negara perbatasan dan itulah mengapa tidak mendukung keanggotaan NATO di Finlandia," paparnya.
"Faktanya, Rusia tidak mendukung aksesi negara Skandinavia ke NATO," tandas Presiden Erdogan.