JAKARTA - Kepala operasi teknis dari Formula E Operation (FEO), Barry Mortimer mengungkapkan satu kendala dalam mempersiapkan gelaran Formula E di Jakarta. Kendala ini tak dialami di negara-negara penyelenggara Formula E lainnya.
Barry menuturkan, kendala yang dialami para pekerja teknis dalam mengurusi logistik penyelenggaraan balapan mobil listrik ini adalah kondisi cuaca Jakarta yang lebih panas dan lembap dibanding negara lain.
"Perbedaan yang paling jelas adalah cuacanya. Ini adalah negara terpanas yang pernah kami datangi sejauh ini," kata Barry kepada wartawan, Kamis, 26 Mei.
Barry menuturkan pihaknya harus lebih berhati-hati dalam memastikan kelancaran urusan logistik balapan. Misalnya, mengawasi kondisi mobil balap tetap dalam kondisi optimal sejak datang ke Jakarta hingga hari balapan.
"Kami harus berhati-hati karena tidak semuanya bisa tahan dengan panas ini. Kami harus melakukan sejumlah tes, memastikan semua di bawah kontrol, memastikan baterainya bisa bekerja di temperatur ini," ujar Barry.
Begitu pula dengan pembalap dari berbagai negara yang mengikuti pertandingan. "Saya pikir (cuaca) panas akan menjadi tantangan yang paling besar bagi tim dan pembalap. Walaupun balapan tidak terlalu lama, tapi balapan ini sangat intens dan dengan cuaca ini membuat semuanya harus sangat fokus," lanjutnya.
Dalam kesempatan itu, Barry juga mengomentari sirkuit Formula E yang dibangun di kawasan Ancol Timur. Barry cukup terkesima dengan proses pembangunan sirkuit permanen yang pengerjaannya cukup singkat, yakni hampir 3 bulan.
"Saya pikir sirkuit ini fantastis karena kami hanya punya waktu pendek untuk menyiapkan segalanya. Kami tidak punya banyak waktu untuk membangun sirkuit ini. Jadi, ini luar biasa. Saya tidak sabar untuk menunggu balapan di sirkuit itu," ujarnya.
Diketahui, bentuk trek di Jakarta International E-Prix Circuit (JIEC) ini disebut mirip seperti kuda lumping. Kondisi sirkuit memiliki 18 tikungan, 600 meter panjang trek lurus, arah lintasan searah jarum jam, dan panjang lintasan 2,4 kilometer.