Indonesia Jadi Laboratorium Bencana Dunia
DOK Humas Kemenko PMK

Bagikan:

BADUNG - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menggandeng PT Expo Indonesia Jaya dalam serangkaian gelaran Global Platform Disaster Risk Reduction (GPDRR) di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, mulai 23-28 Mei.

BNPB menggandeng PT Expo Indonesia Jaya untuk menggelar pameran solusi kebencanaan bertajuk Asia Disaster Management & Civil Protection Expo & Conference (Adexco).

Pameran berbagai peralatan penanggulangan bencana tersebut dipertontonkan kepada empat ribu peserta dari 193 negara yang digelar di Gedung Putih, Art Bali Collection (ABBC), Nusa Dua, Bali dan mengusung tagline, “Reinforce Our Future, From Indonesia to the World,".

Adexco, merupakan upaya untuk meningkatkan kesadaran dan wawasan seluruh elemen bangsa terkait pemanfaatan teknologi dalam sebuah penanganan bencana.

Direktur Utama Adecxo Novry Hetharia mengatakan, Indonesia adalah negara yang rawan bencana. Secara umum, korban bencana itu lebih besar daripada korban perang.

"Sebagai negara yang rawan bencana, atau disebut supermarket bencana alam, Indonesia memiliki beragam pengalaman dalam melakukan penanganan bencana. Itulah yang menjadi semangat kami bersama BNPB dan seluruh stakeholder lainnya untuk membuat laboratorium hidup dan terbesar di dunia yaitu laboratorium bencana alam. Semua negara bisa belajar di laboratorium bencana alam Indonesia," ujarnya dikutip dari keterangan tertulis, Selasa, 24 Mei.

Dalam laboratorium bencana alam Indonesia tersebut, dipamerkan berbagai teknologi asli Indonesia, yang diproduksi oleh Indonesia dan semuanya berasal dari industri dalam negeri. Semuanya merupakan produk anak bangsa. "Kita harus menjadi laboratorium bencana bagi dunia untuk menguji ketangguhan dalam menghadapi bencana," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Operasional AdexcoAndrian Cader mengatakan, dalam pameran tersebut, Adexco memperlihatkan kecanggihan teknologi Indonesia dalam penanggulangan bencana, mulai dari tahap mitigasi, penanganan saat bencana dan pasca bencana.

"Ini adalah kerja sama Penthahelix mulai dari pemerintah, akademisi, dunia usaha dan seluruh stakeholder lainnya untuk menunjukkan ketangguhan Indonesia dalam menghadapi bencana. Kita harus menunjukkan kepada dunia bahwa kita tangguh, dan teknologi dalam negeri yang mendukung," ujarnya.

Salah satu kecanggihan teknologi Indonesia adalah pembangunan rumah domus yang bisa dibangun dalam lima hari saja. Juga teknologi drone, mobil multiguna, dan berbagai macam produk lainnya.

Kepala BNPB Suhariyanto mengatakan, analisis para ahli, bencana dan fenomena alam yang terjadi di seluruh dunia, 45 persen terjadi di kawasan Asia. Sejumlah bencana seperti gempa dan tsunami melanda berbagai wilayah Asia dan telah mengakibatkan ratusan ribu korban jiwa serta kerugian dengan total ratusan milyar rupiah.

"Indonesia juga sangat rawan bencana, mulai dari tsunami, gempa Lombok, gempa dan likuivasi Palu, letusan gunung di Sinabung, Merapi, Semeru memperkaya khasanah Indonesia dalam penanganan bencana," ujarnya.