Bagikan:

JAKARTA - Presiden Joko Widodo bilang, Indonesia sering dilanda bencana alam yang terjadi hampir setiap hari. Dan bencana menjadi keseharian negeri ini.

Hal ini ia sampaikan dalam pembukaan Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Penanggulangan Bencana.

"Sebagai negara yang dilingkari oleh ring of fire, cincin api, dengan wilayah sangat luas, bencana merupakan keseharian kita. Indonesia termasuk 35 negara yang paling rawan risiko bencana di dunia. Hampir setiap hari ada bencana di beberapa wilayah di negara kita Indonesia," kata Jokowi dalam tayangan Youtube BNPB Indonesia, Rabu, 23 Februari.

Mengingat tingginya potensi bencana, Jokowi menyebut risiko kerugian juga sangat besar, baik dari segi korban maupun material.

Karena itulah, kata Jokowi, penanggulangan bencana yang dilakukan oleh BNPB harus dilakukan secara terpadu dan sistematik. Rencana induk penanggulangan bencana tahun 2020-2044 harus dilaksanakan dengan penuh komitmen serta tanggung jawab,

"Sebagai salah satu pilar utama penanganan bencana, BNPB harus selalu berbenah diri," minta bekas Gubernur DKI ini.

Jokowi memberikan beberapa poin yang harus dilakukan BNPB dalam upaya penanggulangan bencana. Pertama, budaya kerja BNPB harus siaga, antisipatif, responsif, dan adaptif.

"Budaya ini sangat penting karena bencana itu datangnya tidak terduga, datangnya secara tiba-tiba. Bahkan, muncul bencana yang tidak terbayangkan sebelumnya, salah satunya adalah pandemi COVID-19. Semua ketidakterdugaan itu harus kita tangani untuk memperkecil risiko bagi masyarakat," ujar Jokowi.

Kedua, orientasi pada pencegahan harus diutamakan. Jokowi mengaku bencana seperti gempa bumi dan letusan gunung api memang tidak bisa dicegah. Namun, masih ada upaya pencegahan bencana yang bisa dilakukan seperti penghijauan untuk mencegah banjir, serta penanaman vegetasi untuk mencegah longsor.

Ketiga, peningkatan infrastruktur untuk mengurangi risiko bencana. Misalnya, vegetasi penghambat ombak tsunami. Kemudian, penanaman mangrove serta tanaman asosiasinya. Selain itu, jalur evakuasi bencana juga harus terus disiagakan.

"Karena kita tahu perubahan iklim dunia arahnya akan semakin mengerikan. Semua negara juga sudah ngeri dan sudah mengalami bencana yang sebelumnya tidak ada, kemudian ada karena perubahan iklim," ucapnya.

Keempat, Jokowi memandang BNPB harus aktif mengajak seluruh aparat, pemerintah pusat maupun daerah, agar semua program pembangunan harus berorientasi pada tanggung bencana.

Perizinan-perizinan usaha yang dikeluarkan pun juga harus mempertimbangkan risiko bencana. Lalu, pembangunan infrastruktur harus mengurangi risiko bencana.

"Sering kita bangun, lupa mengenai ini. Pengarusutamaan kebijakan tangguh bencana harus terus diutamakan," lanjutnya.

Kelima, Jokowi meminta BNPB membangun sistem edukasi kebencanaan terutama di wilayah-wilayah rawan bencana. Edukasi ini dapat dilakukan mulai dari keluarga, komunitas, sekolah, hingga lingkungan masyarakat.

"Agenda besar indonesia tangguh bencana harus dilakukan semua komponen pemerintah dan komponen bangsa, kita rangkul kekuatan dan potensi-potensi yang ada di masyarakat, kita wujudkan masyarakat tanggung bencana," tutup mantan Wali Kota Solo ini.