Profil Fahmi Idris dari Pengusaha Sampai Terjun Politik Hingga Jadi Menteri di Era Pemerintahan Habibie
Politikus Senior Partai Golkar Fahmi Idris/Antara

Bagikan:

JAKARTA - Dunia politik tengah dirundung duka. Politisi senior Partai Golkar Fahmi Idris meninggal dunia hari ini. Kabar duka ini disampaikan oleh putri Fahmi Idris, Fahira Idris.

"Innalillahi wa inna ilaihi raji'un. Telah berpulang Bp. Prof. H. Fahmi Idris bin Idris Marah Bagindo," kata Fahira dalam akun media sosial Instagram @fahiraidris, dikutip Minggu, 22 Mei.

Fahmi merupakan politisi, pengusaha Indonesia, sekaligus mantan menteri. Fahmi lahir pada 20 Sepetember 1943 di Jakarta saat Indonesia masih dijajah Jepang. Kedua orang tuanya merupakan perantau asal Minangkabau.

Ia lulus dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 1969. Di kampus dengan almatemer berwarna kuning ini, Fahmi dikenal sebagai aktivis yang ulet dan juga cekatan. Beberapa jabatan di kampus tersebut pernah ia emban, antara lain sebagai Ketua Senat Fakultas Ekonomi UI periode 1965-1966.

Fahmi memulai karirnya sebagai pengusaha pada 1966. Saat itu, Fahmi mendirikan Kwarta Daya Pratama. Kemudian, pada tahun 1979, Fahmi menjabat sebagai Direktur Utama Kongsi Delapan (Kodel Group), perusahaan konglomerasi yang didirikannya berasama dengan Aburizal Bakrie, Abdul Latief, Pontjo Sutowo dan Soegeng Sarjadi.

Pada 1980-an, perusahaan tersebut berkembang cukup besar. Kodel mengelola agrobisnis, perdagangan, perbankan, perminyakan, hingga hotel. Kemudian pada tahun 1988, Kodel membangun Hotel The Regent, yang saat ini bernama Four Seasons Jakarta. Bisnis propertinya tidak hanya di Jakarta, namun juga merambah ke Beverly Hills, California. Di sana, Fahmi juga sebuah hotel, Regent Beverly Whilshire.

Sukses sebagai pengusaha, Fahmi mulai tertarik masuk ke dunia politik. Ia mengawali karir politiknya dengan bergabung di Partai Golkar pada 1984. Ia langsung ikut berkampanye bersama Ali Moertopo dan Abdul Latief di Sumatera Barat. Pada tahun 1998-2004, Fahmi menjabat sebagai Ketua DPP Golkar di Jakarta.

Fahmi diangkat sebagai Menteri Ketenagakerjaan pada Kabinet Reformasi Pembangunan di era pemerintahan BJ Habibie.

Karir politiknya tak berjalan mulus. Pada tahun 2004, Fahmi sempat dipecat dari keanggotaan Golkar, karena menentang hasil Rapat Pimpinan Partai yang mendukung Megawati-Hasyim Muzadi sebagai calon presiden dan wakil presiden. Ketika itu, Fahmi malah mendukung pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla.

Setelah pasangan tersebut terpilih, Fahmi kembali ditunjuk sebagai Menteri Tenaga Kerja, sebelum akhirnya di kocok ulang menjadi Menteri Perindustrian. Namanya direhabilitasi, dan ketua umum Jusuf Kalla menariknya kembali masuk partai. Selain duduk di berbagai macam jabatan profesi dan bisnis, kini ia juga menjabat sebagai Anggota Dewan Penasehat Partai Golkar.

Pada 2016, Fahmi juga sempat menjadi sorotan publik lantaran meminta Saut Situmorang, yang saat itu menjabat sebagai Wakil Ketua KPK, mundur dari jabatannya dan diadili secara hukum. Hal ini lantaran Fahmi merasa tersinggung dengan pernyataan Saut yang menilai kadar HMI yang telah lulus latihan kepemimpinan I adalah sosok yang korup dan jahat.

Sekadar informasi, jasad Fahmi akan disemayamkan di Rumah Duka, Mampang Prapatan IV Nomor 20, Jakarta Selatan. Rencannya, jenazah Fahmi akan dimakamkan di Tanah Kusir, Jakarta Selatan.