Bagikan:

JAKARTA - Sikap Twitter dan Facebook dianggap bias karena telah berusaha mencegah tautan berita yang mengkritik calon Presiden Amerika Serikat, Joe Biden tersebar. Presiden AS Donald Trump bahkan sampai murka terkait sikap dua raksasa media sosial tersebut. Pertanyaannya, apakah sikap Twitter dan Facebook tersebut bisa disebut bias?

Dua hari lalu, 14 Oktober, Twitter dan Facebook melarang penggunanya untuk membagikan sebuah tautan artikel dari New York Post yang mengkritik Biden. Media sosial tersebut memperingatkan bahwa tautan itu tidak aman.

Pelarangan tersebut tentu bukan tanpa dasar. Baik Twitter dan Facebook menjelaskan, bahwa sumber dokumen yang ada pada artikel itu diperoleh dari hasil peretasan. 

Artikel tersebut fokus membedah isi email Hunter Biden, anak dari Joe Biden pada April 2015. Saat itu seorang penasihat dari sebuah perusahaan energi di Ukraina berterima kasih kepada Hunter Biden karena mengundangnya untuk bertemu dengan Joe Biden di Washington. Namun artikel tersebut tidak memberikan bukti bahwa pertemuan tersebut benar-benar terjadi.

Di dalam artikel itu sendiri dijelaskan bahwa dokumen tersebut diperoleh dari hasil salinan data laptop milik Hunter Biden, anaknya Joe Biden yang sedang diservis di Delaware pada April 2019. Selain dokumen tentang dugaan skandal yang disebut "Smoking-gun" itu, terdapat pula rekaman video pribadi Hunter Biden yang mengaku sedang berjuang melawan masalah kecanduan, dan gambar eksplisit lainnya. 

Laptop tersebut dibawa oleh seorang pelanggan yang mengaku gawainya bermasalah setelah terkena air. Namun sejak tahun lalu, kliennya tersebut tak pernah mengambil kembali laptop yang ia perbaiki. 

Sementara pemilik toko kesulitan mengidentifikasi kliennya apakah Hunter Biden atau bukan. Namun ia mengatakan laptop tersebut dipasangi stiker dari Beau Biden Foundation --nama saudara laki-laki Hunter sekaligus mantan jaksa agung Delaware. Lalu pada Desember, laptop tersebut disita oleh FBI. 

Disangkal tim Biden

Tim kampanye Biden menyanggah berita "Smoking-gun" tersebut. Pihaknya menjelaskan Hunter Biden bergabung dengan dewan direksi perusahaan energi pada 2014, sementara ayahnya adalah wakil presiden AS. Dia mengundurkan diri dari perusahaan pada 2019.

"Kami telah meninjau jadwal resmi Joe Biden sejak saat itu dan tidak ada pertemuan, seperti yang dituduhkan oleh New York Post," kata tim kampanye Biden dikutip BBC.

"Investigasi oleh pers, selama pemakzulan, dan bahkan oleh dua komite Senat yang dipimpin oleh Partai Republik yang pekerjaannya dikecam sebagai 'tidak sah' dan bersifat politis oleh seorang kolega Partai Republik, semuanya mencapai kesimpulan yang sama: bahwa Joe Biden melaksanakan kebijakan resmi AS terhadap Ukraina dan tidak melakukan kesalahan," kata Andrew Bates, juru bicara Joe Biden.

"Pejabat administrasi Trump telah membuktikan fakta-fakta ini di bawah sumpah," pungkasnya.