Analisis Indikator Politik Indonesia Soal Temuan Survei, Ganjar-Anies Lebih Prospektif Ketimbang Prabowo Hingga Prediksi Pilpres Satu Putaran
Ilustrasi-(Foto: DOK ANTARA)

Bagikan:

JAKARTA - Peneliti Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro merespons hasil survei Indo Riset yang menempatkan Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Anies Baswedan sebagai 'The Big Three' yang dirilis pada Kamis, 19 Mei, hari ini. 

Menurutnya, dinamika dari tiga besar nama kandidat capres itu juga terpotret dalam hasil survei Indikator Politik Indonesia beberapa waktu laku. 

"Indikator Politik Indonesia juga menemukan hal yang sama bahwa pada survei terakhir juga memotret dinamika elektoral capres. Secara konsisten tiga nama tadi, yakni Prabowo, Ganjar dan Anies selalu tiga besar tapi tokoh-tokoh ini memiliki dinamika elektoralnya masing-masing," ujar Bawono saat menjadi penanggap dalam rilis survei bertajuk Pemilu 2024: Potensi Pilpres Dua Putaran secara daring, Kamis, 19 Mei. 

Menariknya, lanjut Bawono, elektabilitas Prabowo cenderung mengalami ketidakstabilan elektoral. Artinya, kata dia, ada fluktuasi elektoral pada hasil survei Indikator Politik Indonesia. 

"Kalau diakhir tahun lalu, Prabowo angkanya masih 25 persen, kemudian di survei Februari turun menjadi 22,4 persen, dan di survei April itu angkanya naik," ungkapnya. 

Sementara, Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo justru mengalami tren stabil tapi naik. Kemudian di hasil survei Indo Riset ditemukan bahwa dua nama generasi baru yaitu Ganjar dan Anies memiliki kecenderungan lebih prospektif ketimbang nama Prabowo.

"Kalau kita lihat popularitas Prabowo hampir 100 persen karena beliau kan veteran tiga kali jadi peserta pemilu. Di 2009 jadi cawapres, di 2014 dan 2019 jadi capres. Artinya publik sudah sangat mengenal beliau. Karena itu wajar jika temuan popularitas Prabowo 97,4 persen," jelas Bawono. 

Sebaliknya, sambung Bawono, popularitas Anies masih 87 persen. Sedangkan Ganjar masih di bawahnya lagi dengan 70,3 persen. 

"Artinya ruang mendekati 100 persen masih jauh. Nah kalau Gerindra tugasnya membuat publik lebih suka Prabowo, bagi Ganjar dan Anies dan tim nya itu pekerjaannya adalah semakin mengenalkan dua tokoh ini," katanya. 

"Kan rumusnya dikenal, disukai dan dipilih, menang secara prospek. Nama-nama dari generasi baru Anies dan Ganjar memiliki prospek naik secara elektoral dengan catatan dinamika acceptabilitas dari pemilih, tapi kita kan tidak tahu ada dinamik apa ke depan. Tapi intinya calon generasi baru memiliki prospek untuk tampil daripada stok lama," sambung Bawono. 

Lebih lanjut soal pasangan calon, tambah Bawono, prediksi Indo Riset ada tiga pasangan calon yang kemudian berlanjut ke putaran kedua. Bawono mengakui, memang kecenderungan tiga tokoh ini membentuk poros masing-masing namun ada problematiknya di PDIP di mana ada dinamika internal yang belum selesai.

"Kita sering dengar desas-desus PDIP punya calon Prabowo-Puan. Puan kan puteri mahkota ketua umum, sementara Ganjar sayangnya bukan tokoh utama partai. Dari dinamika internal PDIP ini akan menentukan 2 atau 3 pasang calon yang akan muncul nanti," kata Bawono. 

Apabila misalnya PDIP mengusung Prabowo-Puan sementara Ganjar itu tetap tinggal atau stay di partai artinya tidak merapat ke partai lain maka besar kemungkinan akan ada dua paslon. Satunya, dari partai yang bersama Anies Baswedan.

"Tapi kalau misalnya PDIP menyokong Prabowo-Puan tapi disaat yang bersamaan Ganjar menerima pinangan dari partai lain untuk memperoleh tiket capres maka akan hadir tiga paslon," paparnya. 

"Kalau kemungkinan ini terjadi maka prediksi pilpres akan berlangsung dua putaran. Dan temuan Indo Riset akan menemukan kenyataannya. Karena kalau tiga paslon tersaji maka akan sulit berlangsung hanya satu putaran," pungkas Bawono.