Bagikan:

MEDAN - Keluarga Salsabila (9) hanya bisa pasrah. Sejak Maret, kala pandemi COVID-19 diumumkan masuk ke Indonesia, Salsabila tak bisa lagi mengenyam pendidikan.

Sejak pandemi itu, kegiatan belajar-mengajar berubah polanya menjadi pembelajaran dari rumah (BDR). Tapi apa daya, Salsabila tak punya handphone Android yang bisa menunjang proses pembelajaran daring. 

Keterbatasan ini membuat Salsabila tak bisa mengakses materi belajar dari gurunya di SD Negeri 060791 Medan

Kondisi keluarga Salsabila tak memungkinkan dirinya bisa membeli handphone untuk belajar.  Ayahnya, Rudi (41), pengemudi becak mesin punya penghasilan tidak menentu. Sementara ibunya, Yenni Susanti (35), sehari-hari bekerja sebagai kuli cuci-gosok pakaian dan berjualan keripik.

"Kami orang susah, Pak. Waktu ambil raport, pernah aku tanya ke sekolah. Kan katanya sekarang belajar online kusampaikan ke gurunya begini. 'Bu, kami kan gak ada HP. Jadi bagaimana anak kami belajar di rumah? Kata ibu itu, 'Ya pandai-pandai ibulah,'" kata Yenni menirukan jawaban wali kelas saat ditemui wartawan, Kamis, 15 Oktober.

Karena tidak punya handphone, Yenni tidak bisa berbuat banyak dan hanya bisa mengajari Salsabila baca tulis seadanya. Selama berbulan-bulan itu, Salsabila tak bisa lagi belajar seperti biasanya. Gurunya pun menurut Yenni tak pernah menengok kondisi anaknya. 

Kondisi berbeda dialami kakaknya, Silvia Maharani (11), siswa kelas 5 di SD swasta, di Tembung. Silvia masih mengakses pembelajaran dengan mengunjungi rumah gurunya tiga kali semingggu. 

Dia belajar setiap Selasa, Kamis dan Sabtu dari pukul 11.00 WIB hingga pukul 14.00 WIB. Meskipun Silvia menunggak uang sekolahnya dari sejak kelas 4 hingga kelas 5 SD. 

"Gurunya sudah bolak-balik datang ke rumah, nagih. Tapi dia masih bermurah hati. Kami janjikan, nanti kalau ada duit, kami cicil," kata Yenni. 

Yenni Susanti ibu dari siswi SD Salsabila

Soal kondisi Salsabila, Kepala Dinas Pendidikan Kota Medan, Adlan mengaku akan menelusuri informasi ini. Dia sudah memerintahkan kepala seksi kurikulum SD untuk mengecek kebenaran informasi yang disampaikan keluarga Salsabila. 

"Saya sudah perintahkan kepala seksi kurikulum SD untuk melakukan pengecekan apakah benar ada demikian atau tidak," ujar Adlan terpisah.

Selama pandemi COVID-19, ada dua metode pembelajaran yang dilakukan yakni daring atau pembelajaran online dengna bantuan perangkat handphone. Metode kedua yakni, pembelajaran luar jaringan (luring). 

"Kalau luring pihak sekolah memberikan modul pembelajaran kepada siswanya, bisa diambil setiap Minggu di sekolah. Begitu pun kita cek informasinya," kata dia.