Nilai Bergabungnya Swedia dan Finlandia ke NATO Bukan Ancaman, Presiden Putin Tegas Soroti Perluasan Infrastruktur Militer
Presiden Putin bersama pemimpin negara CSTO. (Sumber: Kremlin)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan Senin kemarin, pihaknya tidak melihat ancaman terhadap Moskow, jika Swedia dan Finlandia bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Meski demikian, Presiden Putin tegas memperingatkan akan merespon tegas jika aliansi pimpinan Amerika Serikat tersebut, mendukung infrastruktur militer bagi anggota Nordik yang baru.

Sebelumnya, Ia telah berulang kali menyebut perluasan aliansi NATO pasca-Soviet ke arah timur menuju perbatasan Rusia sebagai alasan konflik Ukraina, termasuk beberapa bulan terakhir mengguncang senjata nuklir Rusia di Barat atas Ukraina, membuat tanggapan yang sangat tenang terhadap tawaran Finlandia dan Swedia untuk bergabung dengan NATO, konsekuensi strategis terbesar dari invasi Rusia ke Ukraina hingga saat ini.

"Mengenai perluasan, Rusia tidak memiliki masalah dengan negara-negara ini - tidak ada. Jadi dalam hal ini tidak ada ancaman langsung ke Rusia dari ekspansi (NATO) untuk memasukkan negara-negara ini," kata Presiden Putin dalam pertemuan aliansi negara-negara bekas Uni Soviet, melansir Reuters 17 Mei.

"Tetapi perluasan infrastruktur militer ke wilayah ini tentu akan memancing tanggapan kami. Apa (tanggapan) itu? Kita akan melihat ancaman apa yang diciptakan untuk kita," sambungnya kepada para pemimpin Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO), yang mencakup Belarus, Armenia, Kazakhstan, Kirgistan dan Tajikistan.

Berbicara di Istana Grand Kremlin, Presiden Putin membacakan pidato singkat yang menyinggung NATO dan memarahi Amerika Serikat, karena menciptakan laboratorium biologi di bekas Uni Soviet.

Presiden Putin mengatakan, Rusia memiliki bukti Amerika Serikat telah mencoba membuat komponen senjata biologis di Ukraina, klaim yang dibantah Washington dan Kyiv.

Selain "kebijakan ekspansi tak berujung" NATO, Presiden Rusia mengatakan aliansi itu mencapai jauh melampaui kewenangan Euro-Atlantik, sebuah tren yang menurutnya diikuti Rusia dengan hati-hati.

Tanggapan pemimpin Kremlin yang sangat tenang terhadap salah satu kekhawatiran geopolitik paling sensitif Rusia, perluasan NATO pasca-Soviet, kontras dengan beberapa bahasa yang lebih keras dari Kementerian Luar Negeri dan sekutu seniornya.

Sebelum Ia berbicara, Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov mengatakan Barat seharusnya tidak memiliki ilusi, Moskow hanya akan tahan dengan ekspansi Nordik NATO. Komentar itu masih diputar di televisi pemerintah.

Sementara, salah satu sekutu terdekat Putin, mantan Presiden Dmitry Medvedev mengatakan bulan lalu, Rusia dapat mengerahkan senjata nuklir dan rudal hipersonik di eksklave Rusia Kaliningrad, jika Finlandia dan Swedia bergabung dengan NATO.

Diketahui, Barat mengatakan NATO, aliansi 30 negara termasuk bekas republik Pakta Warsawa seperti Polandia dan Hongaria serta kekuatan nuklir seperti Amerika Serikat, Inggris dan Prancis, murni bersifat defensif.