Ditolak Presiden Erdogan dan Turki, Finlandia dan Swedia Didukung Presiden Joe Biden Gabung NATO
Presiden Joe Biden bersama Presiden Finlandia Sauli Niinisto dan PM Swedia Magdalena Andersson. (Twitter/@POTUS)

Bagikan:

JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Joe Biden mendukung keinginan Finlandia dan Swedia bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), di tengah penolakan Presiden Recep Tayyip Erdogan dan Turki.

Presiden Biden, yang telah mengumpulkan Barat untuk melawan Rusia setelah invasinya ke Ukraina, menunjukkan persatuan dan dukungan kuat, lewat kebersamaan dengan Perdana Menteri Swedia Magdalena Andersson dan Presiden Finlandia Sauli Niinistö di Taman Mawar Gedung Putih, Washington D.C, Amerika Serikat.

"Finlandia dan Swedia membuat NATO lebih kuat," kata Presiden Biden, seperti melansir Reuters 20 Mei.

"Mereka kuat, demokrasi yang kuat, dan NATO yang kuat dan bersatu adalah fondasi keamanan Amerika," sambungnya.

Lebih jauh Presiden Biden mengatakanm pemerintahannya menyerahkan dokumen ke Kongres AS untuk persetujuan cepat, begitu anggota NATO memberi lampu hijau kepada kedua negara.

"Mereka memenuhi setiap persyaratan NATO. Memiliki dua anggota NATO baru di dataran tinggi akan meningkatkan keamanan aliansi kami dan memperdalam kerja sama keamanan kami di seluruh bidang," papar Presiden Biden.

Sebelumnya, Turki dan Presiden Erdogan telah menyatakan penentangan yang kuat terhadap kenaikan negara-negara Nordik, menekan Swedia untuk menghentikan dukungan bagi militan Kurdi yang dianggapnya sebagai bagian dari kelompok teroris dan keduanya mencabut larangan mereka atas beberapa penjualan senjata ke Turki.

Diketahui, semua 30 anggota NATO harus menyetujui setiap pendatang baru. Dalam sebuh unggahan video di Twitter Kamis kemarin, Presiden menyebut Turki telah mengatakan sekutunya, mereka akan menolak keanggotaan Swedia dan Finlandia.

Terpisah, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan, berbicara kepada wartawan di Air Force One dalam perjalanan ke Asia, mengatakan para pemimpin Swedia dan Finlandia mengindikasikan mereka berencana untuk berbicara langsung dengan Presiden Erdogan, sementara Washington siap untuk mendukung proses itu.

"Kami percaya bahwa kekhawatiran Turki tentang aksesi Swedia dan Finlandia yang telah diungkapkan oleh Presiden Erdogan dan lainnya dapat diatasi dan dapat diselesaikan," jelas Sullivan.

Ditanya apakah ada rencana bagi Presiden Biden untuk terlibat langsung dengan Presiden Erdogan mengenai masalah ini, Sullivan mengatakan: "Tidak untuk saat ini."

Adapun Presiden Finlandia mengatakan di Gedung Putih, negaranya terbuka untuk membahas semua kekhawatiran Turki, berjanji untuk 'berkomitmen pada keamanan Turki sama seperti Turki akan berkomitmen pada keamanan kita' sebagai sekutu NATO.

"Kami menganggap serius terorisme," tegas Niinistö.

Untuk diketahui, Swedia dan Finlandia selama beberapa dekade berdiri di luar aliansi militer era Perang Dingin, yang dirancang untuk mencegah ancaman dari Uni Soviet. Tetapi, invasi Rusia ke Ukraina telah meningkatkan masalah keamanan.

"Situasi di Ukraina mengingatkan kita pada hari-hari tergelap dalam sejarah Eropa. Selama masa-masa gelap, sangat menyenangkan berada di antara teman-teman dekat," tutur kata PM Andersson.

Percakapan antara Swedia, Finlandia dan Turki telah dilakukan untuk mengatasi kekhawatiran Ankara, dengan Amerika Serikat yang terlibat dalam upaya tersebut.

Jake Sullivan mengatakan kepada wartawan pada Hari Rabu, para pejabat AS yakin kekhawatiran Turki dapat diatasi, dan Presiden Biden mengatakan kepada wartawan "Saya pikir kami akan baik-baik saja" dalam masalah ini.

Dukungan Presiden Biden tanpa malu-malu menempatkan cap persetujuan AS yang tegas dan disengaja pada aplikasi Finlandia dan Swedia. Dia mendesak dalam pertemuan sebelum berangkat ke Asia, memberi kedua pemimpin waktu berbicara di Taman Mawar, menggarisbawahi dukungan itu.

Selain itu, pernyataan Presiden Biden juga mengirim sinyal kepada Presiden Rusia Vladimir Putin. Pada Hari Senin, Presiden Putin mengatakan tidak ada ancaman bagi Rusia jika Swedia dan Finlandia bergabung dengan NATO, tetapi memperingatkan bahwa Moskow akan merespons jika aliansi tersebut mendukung infrastruktur militer di anggota Nordik yang baru.

Senada dengan itu, Presiden Biden mengatakan pada Hari Kamis, anggota baru yang bergabung dengan NATO bukanlah ancaman bagi negara mana pun.