Tubuh Nenek Seratus Tahun di Myanmar Tunjukkan Reaksi Tak Biasa terhadap COVID-19
Ilustrasi foto (Cristian Newman/Unsplash)

Bagikan:

JAKARTA - Bagi orang dewasa, risiko fatal COVID-19 meningkat seiring bertambahnya usia, di mana orang lanjut usia jadi golongan dengan risiko tertinggi. Perawatan terhadap mereka biasanya membutuhkan rawat inap, perawatan intensif, hingga ventilator untuk membantu pernapasan. Namun, keajaiban terjadi pada perempuan seratus tahun di Myanmar.

Perempuan tua bernama Thein Khin itu tidak hanya berhasil mengalahkan COVID-19. Ia bahkan hampir tak tahu bahwa dia mengidapnya.

Thein Khin dinyatakan positif COVID-19 dan dirawat di pusat isolasi bulan lalu ketika COVID-19 menyebar di antara empat generasi keluarganya. Namun Thein Khin tidak menunjukkan gejala dan justru lebih khawatir tentang cucu-cucunya.

“Saya tidak merasakan apa-apa. Saya makan dengan baik, mandi sendiri dan berjalan seperti biasa,” katanya di rumahnya di Yangon, kota terbesar Myanmar.

“Jika saya menderita virus ini, saya akan berbaring dan mengerang di tempat tidur. Tapi saya kuat, berjalan berkeliling. Saya tidak merasakan apa-apa," tambahnya, melansir Reuters, Rabu, 14 Oktober.

Thein Khin menjadi pasien tertua dan pasien tertua pertama di Myanmar yang berhasil sembuh dari COVID-19. Nenek yang begitu lincah itu juga mengaku tidak terkejut karena tidak mengalami gejala sakit apapun akibat COVID-19. Thein Khin menga dirinya tidak memiliki penyakit yang parah.

“Situasi selama Perang Dunia Kedua jauh lebih buruk. Saya mendengar pandemi virus ini juga berbahaya di seluruh dunia. Tapi saya rasa penyakit ini bukan apa-apa,” ujarnya.

“Tentu saja, saya mengkhawatirkan anak-anak dan cucu saya. Kematian tidak masalah bagi saya karena saya sudah sangat tua. Saya telah lolos dari banyak situasi yang mematikan, lebih buruk dan berbahaya," tambahnya. 

Cucunya Thein Khin, Win Win Yee, mengatakan keluarga bersyukur bahwa sepuluh anggota keluarga yang terjangkit COVID-19 selamat. Meski demikian, Win Win Yee mengungkapkan bahwa dia tidak akan menerima begitu saja dan masih takut kembali tertular.

“Kami masih sangat takut tertular lagi,” katanya. “Itulah sebabnya kami tidak pergi ke mana pun di luar. Kami mengunci diri.”

Kasus COVID-19 di Myanmar telah melewati angka 29 ribu, dari hanya beberapa ratus pada Agustus, dengan lebih dari 660 kematian. Risiko COVID-19 di kalangan orang tua lebih tinggi di negara-negara miskin dengan layanan kesehatan yang kurang memadai, termasuk Myanmar. Myanmar diketahui mengalami lonjakan kasus COVID-19 setelah terhindar dari wabah besar pada awal 2020.

Selain orang tua, CDC menjelaskan bahwa ada juga faktor lain yang dapat meningkatkan risiko COVID-19 yang parah, seperti faktor kesehatan lainnya. Dengan memahami faktor-faktor yang meningkatkan risiko COVID-19 parah, dapat membuat keputusan tentang tindakan pencegahan apa yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.