Bagikan:

JAKARTA - Partai Golkar, Partai Amanat Nasional (PAN), dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) berencana membangun koalisi Indonesia Bersatu untuk Pemilu 2024. 

Namun pembentukan koalisi ini justru mendapat sindiran dari Wakil Ketua Umum Partai Gelora, Fahri Hamzah. Dia menyebut Koalisi yang digagas Airlangga Hartarto, Zulkifli Hasan, dan Suharso Monoarfa itu sebagai 'Koalisi Ujug-ujug'.  

Menurutnya, koalisi dadakan itu harus dihentikan lantaran tidak sehat bagi sistem demokrasi di Indonesia. 

"'Koalisi ujug-ujug harus dihentikan di republik ini! Tidak sehat bagi presidensialisme kita membiarkan koalisi ujug-ujug, tidak ada ujung, tidak ada pangkal, bagaimana dia dimulai begitulah pula dia berakhir," ujar Fahri, Jumat, 13 Mei. 

Menurut Fahri, koalisi tidak dikenal dalam sistem presidensialisme. Kata dia, dalam konstitusi hanya disebutkan soal pengusung partai politik dan gabungan partai politik.

"Terminologi koalisi tidak dikenal dalam presidensialisme. Koalisi adalah terminologi dalam parlementerisme. Itu sebabnya sulit mencari di mana letak koalisi dalam sistem kita. Dalam UUD hanya disebut soal pengusung partai politik dan gabungan partai politik," jelas Fahri.

Sebenarnya, lanjut Fahri, maksud awal dari penyebutan pengusul seorang capres 'partai politik dan gabungan partai politik' adalah karena konsitusi mengantisipasi adanya satu pasangan calon didukung oleh lebih dari satu partai politik. Karena itu, setiap partai politik boleh mengusulkan calonnya.

"Karena calon itulah nanti yang secara tegas menjelaskan apakah ideologi dan ide partai politik tersebut apabila memimpin secara nasional kadernya," katanya.

Karena itu, Fahri menilai, setiap partai memiliki juru bicara dan calon presiden yang dapat menyampaikan pesan kepada masyarakat tentang identitas dari partai tersebut.

Fahri pun menegaskan, Partai Gelora tidak setuju dengan koalisi materil, tapi lebih mengutamakan konsep dan ideologi partai lewat calon presiden yang diusungnya.

"Kami tidak setuju kalau politik berubah menjadi koalisi materil, tapi kami mau memperkuat identitas presidensialisme dengan mengedepankan konsep dan ideologi partai yang diwakili dan juru bicara secara tegas oleh presiden atau calon presidennya," ujarnya.

Diketahui, Partai Golkar, PAN dan PPP sepakat membangun koalisi jelang Pemilu 2024 usai ketua umum ketiga partai itu menggelar pertemuan di Menteng, Jakarta pada Kamis, 12 Mei, malam. 

Sempat tercetus Koalisi Bertiga Bersatu, nama koalisi Golkar, PAN dan PPP itu kini disebut sebagai Koalisi Indonesia Bersatu.

Ketua DPP Partai Golkar Ace Hasan Syadzily, menjelaskan Koalisi Indonesia Bersatu diambil dari gabungan simbol Golkar, PAN dan PPP. 

"BERingin lambangnya Golkar, SuryA (Matahari) lambangnya PAN, dan BaiTUllah (Kakbah) lambangnya PPP," ujar Ace di Jakarta, Jumat, 13 Mei. 

Menurutnya, dengan pengalaman politik yang sama ketiga partai ini bersepakat untuk membangun Koalisi Indonesia Bersatu. 

"Dengan visi partai yang dimilikinya dan berbagai pengalaman politik, kesemuanya bersepakat untuk menyatukan diri membangun koalisi yang disebut Koalisi Indonesia Bersatu," kata Ace.