Demam Anak Pasca Lebaran, IDAI: Jangan Kompres Dingin, Segera Periksakan ke Dokter jika Suhu Lebih dari 38 Derajat
Tangkapan layar - Ketua UKK Infeksi Tropik IDAI dr Anggraini Alam

Bagikan:

JAKARTA - Ketua UKK Infeksi Tropik IDAI dr Anggraini Alam, mengatakan anak-anak rentan terpapar infeksi saat perjalanan. Baik perjalanan wisata maupun mudik lebaran.

"Perjalanan mencakup keberangkatan, moda transportasi sampai ke tujuan hingga kembali ke keluarga, anak sangat mungkin terpapar dengan makanan yang terkontaminasi mikroorganisme," ujar dr Anggi dalam diskusi daring bertajuk 'Serba-Serbi Penyakit Anak Pasca Lebaran', Selasa, 10 Mei.

Setelah mudik, lanjut dr Anggi, utamanya yang banyak dikeluhkan adalah demam. Menurutnya, ada rentang pengukuran suhu normal. "Kalau sekarang suhu normal 36,8 derajat, dibandingkan dulu orang modern itu lebih dingin suhunya," katanya.

Dr Anggi menyebut, bahwa suhu tertinggi terjadi pada pukul 9 pagi dengan kisaran suhu 36,4 sampai 37 derajat. Sementara, pada siang hari pukul 13.00 justru suhu panas tubuh hanya 35,9 sampai 36,5 derajat.

"Justru malam hari paling tinggi. Jika diraba dahi, kemungkinan demam anak adalah 84 persen. Demam anak itu jika sudah lebih dari 37,5," jelasnya.

Dr Anggi mengingatkan gejala demam anak pasca lebaran bukan saja COVID-19, tapi perlu diingat ada serangan influenza yang menimbulkan gejala sakit kepala dan sakit tenggorokan. Serta penyakit lainnya yang muncul akibat demam.

"Anak-anak yang main, luka-luka, dan tidak mandi bisa saja leptospira. Oleh karena itu penyakit infeksi semua menunjukkan demam," ucapnya.

Penyakit lain penyebab demam anak, sambung dr Anggi, yakni infeksi saluran kemih karena menahan buang air kecil ataupun telat mengganti popok.

"Saat anak demam, tanyakan kapan mulai demam, muncul tanda apa, apa saja aktifitas anak, dan apa makan minumnya," katanya.

Pada musim COVID-19, kata dr Anggi, pemeriksaan segera sangat membantu karena ada hubungannya dengan penularan yang sangat mudah. Dengan mengetahui cepat maka bisa dilakukan isolasi segera.

"Sebagian besar pada anak tidak berat sehingga melakukan pemeriksaan cepat pada jaman COVID-19 sangat membantu," katanya.

Sebetulnya, jelas dr Anggi, demam adalah normal untuk melawan kuman. Demam bisa menakan mikroorganisme tumbuh. Namun, jika anak tidak nyaman maka beri obat penurun demam.

"Kapan pengobatannya, yakni jika suhunya 38 derajat. Jika kejang obati dengan obat anti kejang. Tapi jangan sekali kali kompres dingin, karena malah akan menjadi naik suhunya. Kompres alkohol lebih bahaya karena uapnya toxic, berikanlah Paracetamol," jelasnya.

Dr Anggi menyarankan, jika sudah tiga hari anak demam maka lekas ke dokter. Terlebih suhunya sudah mencapai 39 derajat.

"Apalagi muncul Hepatitis misterius maka masak makanan dengan matang, jangan meminjam alat makan, jangan biasakan jajan yang kita tidak tahu kebersihannya. Tetap pakai masker, cuci tangan, jaga jarak jauhi kerumunan," katanya.

"Lengkapi pula imunisasi. Setelah berlibur lebaran potensial terjadi infeksi gejalanya adalah demam. Periksakan ke dokter beri tahu riwayatnya," pungkasnya.