HMS Center: Penanganan COVID-19 Perlu Koordinasi secara Masif dan Terstruktur
Hidupkan Masyarakat Sejahtera (HMS) Center, menggelar aksi Bakti Sosial (Baksos) di Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalaya, pimpinan KH A. Bunyamin Ruhiat. (Foto: Istimewa)

Bagikan:

JAKARTA - Hidupkan Masyarakat Sejahtera (HMS) Center, menggelar aksi Bakti Sosial (Baksos) di Pondok Pesantren Cipasung Tasikmalaya, pimpinan KH A. Bunyamin Ruhiat. Bersama Jamu Herbal Tetes Kenkona, HMS Center ingin menunjukkan bentuk kepedulian dan reaksi cepat tanggap membantu memitigasi daerah yang mengalami darurat serius pandemi COVID-19.

"Mencermati tren angka COVID-19 di daerah ini yang mengindikasikan terjadinya peningkatan maka harus diupayakan penanganan secara serius, konprehensif dan terkoordinasi secara masif dan terstruktur. Ini penting agar tone mitigasi COVID-19 ini berada pada frekuensi yang sama," ujar Ketua Umum HMS Center, Hardjuno Wiwoho, dalam keterangannya, Kamis 8 Oktober.

Menurut Hardjuno, perlu koordinasi, baik dari aspek manajemen penanganan 3T (tracing, testing dan treatment), teknis tatalaksana treatment pada pasien dan logistik penyangga, baik peralatan medis, penampungan, pangan, maupun pendukung lainnya yang akan mencukupi keperluan ekstra dalam rangka percepatan dan efektivitas mitigasi pencegahan penyebaran virus mematikan ini. 

Dalam kegiatan Baksos ini, HMS Center membagikan 1000 botol Jamu Tetes Kenkona kepada masyarakat. Dari informasi salah satu dokter yang bertugas di Singaparna Kabupaten Tasikmalaya menyatakan berdasarkan hasil swab test terhadap 200 orang, jumlah terkonfirmasi positif 86 orang dari klaster Keluarga Ustaz bersama para santri sekitarnya.

Saat ini, sebanyak 84 orang dilakukan isolasi di wilayah Pondok Pesantren karena tidak bergejala atau bergejala ringan. Menurut Hardjuno, Jamu Herbal Tetes Kenkona sangat baik untuk kesehatan, terutama sebagai supporting treatment untuk peningkatan imunitas terhadap pasien terkonfirmasi positif maupun pasien yang tengah menjalani isolasi mandiri atau kolektif di tempat penampungan. 

"Setelah dilakukan supporting treatment tersebut, sekitar 5-10 hari, pasien yang positif setelah dites menjadi negatif, karena terjadi peningkatan imunitas sehingga tidak lagi menginfeksi patologis tubuh pasien serta daya menularkan ke orang lain menjadi lemah," jelasnya.

Dalam Baksos ini Ketua Tim Advokasi Kesehatan HMS Center, D'Hiru yang juga formulator dan pakar herbalogi serta ilmuwan kedokteran holistik langsung melakukan pendampingan dan sekaligus sebagai konsultan untuk supporting treatment menggunakan Jamu Tetes Kenkona, madu, jeruk nipis pada spesifikasi gejala ringan pada masing-masing pasien.

Tujuan utamanya adalah untuk mengefektifkan penanganan di tingkat intermidiate pada isolasi kolektif, sehingga meminimalisir pasien yang berlanjut dirawat di RS Darurat maupun di RS Rujukan. 

D'Hiru menegaskan model supporting treatment yang akan dilaksanakan di Tasikmalaya nantinya akan dijadikan pilot project. Pola ini nantinya diterapkan di berbagai daerah terpapar pandemi COVID-19.

Bahkan pelaksanaan yang sederhana tanpa harus pendampingan dokter, dapat dilakukan secara simultan dari berbagai wilayah.

"Dari segi biaya juga sangat ekonomis dan meringankan beban para sejawat dokter dan paramedis yang bertugas di RS Darurat dan RS Rujukan yang mulai kewalahan, overload dan berlebihan jam kerja," tuturnya ulasnya.