Kasus Infeksi Terus Bertambah, Beijing Gelar Tes COVID-19 untuk 20 Juta Penduduknya hingga Sabtu Mendatang
Ilustrasi tes COVID-19 massal di China. (Wikimedia Commons/Shwangtianyuan)

Bagikan:

JAKARTA - Penduduk Beijing, China akan menjalani tes COVID-19 saat kasus infeksi di ibukota terus bertambah, berkaca dari kasus wabah di Shanghai, dengan 20 juta penduduk diperkirakan akan mengikuti tes massal.

Di tengah perbandingan dengan Shanghai, di mana lebih dari 1.000 kasus dilaporkan pada Bulan Maret ,sebelum pembatasan yang meluas akhirnya diberlakukan pada 26 juta orang, banyak orang di Beijing berbondong-bondong ke supermarket untuk membeli makanan dan persediaan karena khawatir akan penguncian lokal yang tiba-tiba.

Pihak berwenang pada Selasa mulai menutup beberapa pusat kebugaran, teater, dan lokasi wisata, sehari setelah Beijing mulai menguji penduduk distrik terpadatnya, Chaoyang. Pada akhir Senin, Beijing mengumumkan akan melakukan tes di 10 distrik lain dan satu zona pengembangan ekonomi pada Hari Sabtu.

Ibu kota China melaporkan 33 kasus baru yang ditularkan secara lokal untuk 25 April, otoritas kesehatan kota mengatakan pada Hari Selasa, 32 di antaranya bergejala dan satu tidak menunjukkan gejala. Itu sedikit lebih tinggi dari 19 infeksi komunitas yang dilaporkan sehari sebelumnya.

Keputusan Beijing untuk menguji sebagian besar dari total populasi 22 juta, sehari setelah mendeteksi sejumlah kecil infeksi kontras dengan Shanghai, yang menunggu sekitar sebulan setelah wabah dimulai sebelum pindah ke pengujian massal di seluruh kota pada awal April.

Tiga putaran tes PCR akan dilakukan dari Selasa hingga Sabtu di distrik-distrik termasuk Haidian, di mana Liu Wentao, seorang juru masak yang meninggalkan asramanya untuk dites, mengungkapkan kekhawatirannya seberapa cepat virus itu menyebar, meskipun yakin Beijing dapat menghindari penguncian seperti Shanghai.

"Beijing adalah ibu kota, pengendalian virus lebih kuat daripada di tempat lain, saya tidak berpikir itu akan seperti Shanghai, di mana tiba-tiba meningkat menjadi ribuan kasus," ujar Liu, melansir Reuters 26 April.

Kendati wabah COVID-19 terbaru Beijing sederhana menurut standar global, penguncian ibu kota China dengan gaya Shanghai akan semakin mengaburkan prospek ekonomi negara itu.

Diketahui, ekonomi Shanghai melambat pada kuartal pertama, dirugikan oleh penurunan langka dalam output industri dan konsumsi lokal, karena wabah COVID kota. Pada Bulan Maret lalu, penjualan ritel menukik 18,9 persen.

"Jelas, Shanghai telah mengajarkan satu pelajaran, yaitu jika Anda mengikuti garis penguncian total ini, tidak hanya itu sangat mahal, tetapi juga merusak secara ekonomi dan menekan serat sosial," jelas Presiden Kamar Dagang Uni Eropa Joerg Wuttke kepada Reuters.