Bagikan:

JAKARTA - Sejumlah kader Partai Amanat Nasional (PAN) yang duduk di Parlemen dirumorkan bermigrasi ke Partai Nasional Demokrat (NasDem). Seperti Asman Abnur dan Guspardi Gaus.

Pengamat politik Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga menilai, pindahnya anggota DPR dari PAN ke partai NasDem tidaklah mengejutkan. Pasalnya, peluang PAN masuk Senayan pada Pileg 2024 memang relatif kecil. 

Jamiluddin menyebut, hasil survei dari lembaga survei yang kredibel memperlihatkan elektabilitas PAN dibawah empat persen. Elektabilitas tersebut membuat peluang PAN sangat kecil untuk tetap bertahan di Senayan.

"Karena itu wajar kalau kader PAN yang potensial meraup suara besar akan meninggalkan partainya. Mereka akan sia-sia memperoleh suara besar tapi tidak bisa menjadi anggota DPR RI bila elektoral partainya tidak cukup masuk Senayan," ujar Jamiluddin di Jakarta, Selasa, 26 April. "Untuk itu, mereka akan mencari partai yang terbuka kepada kader kutu loncat. Partai yang dicari tentulah yang dapat memuluskan keinginan mereka," lanjutnya. Jamiluddin menilai, NasDem merupakan partai yang memenuhi kriteria tersebut. Sebab, partai besutan Surya Paloh itu sangat terbuka kepada SDM yang berpeluang memperoleh suara besar dan terpilih menjadi anggota DPR RI. 

"Kepada SDM seperti ini, NasDem bahkan mau membiayai semua keperluan si caleg hingga terpilih menjadi anggota dewan," katanya. Selain itu, kata Jamiluddin, NasDem juga tidak memberlakukan mahar kepada calegnya. Hal itu berlaku kepada semua kadernya baik yang lama maupun pendatang baru.

"Tampaknya itulah penyebabnya kenapa kader PAN pindah ke NasDem. Mereka yang potensial akan mendapat kemudahan untuk menjadi caleg di NasDem," katanya.Meski begitu, lanjut Jamiluddin, tidak semua kader potensial dari partai lain yang pindah ke NasDem dengan sendirinya terpilih kembali menjadi anggota DPR RI. Misalnya, Venna Melinda dari Partai Demokrat, dia tidak terpilih lagi menjadi anggota DPR RI setelah pindah ke NasDem. "Jadi, kader potensial dari partai lain tidak otomatis terpilih kembali menjadi anggota DPR RI setelah pindah ke NasDem. Sebab, NasDem masih partai menengah yang belum menjadi magnet bagi masyarakat," sebutnya. Hanya saja, Jamiluddin mengakui, strategi tanpa mahar dan membiayai calon potensial tampaknya berhasil menggaet kader partai lain pindah ke NasDem. Strategi itu juga, kata dia, berhasil meningkatkan jumlah kursi NasDem di Senayan dari partai gurem menjadi partai menengah."Tapi lagi-lagi, strategi NasDem menggaet artis menjadi caleg tak sepenuhnya berhasil. Sebab, banyak caleg artis dari NasDem yang kalah bersaing dengan caleg non artis," terangnya. "Semua itu mengindikasikan nyaleg di NasDem tidak menjamin akan terpilih menjadi anggota DPR RI. Partai lain juga potensial untuk mengantarkan caleg potensial untuk terpilih menjadi anggota dewan," demikian Jamiluddin Ritonga. 

Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Partai Amanat Nasional (PAN) Eddy Soeparno, mengatakan isu kepindahan Waketum PAN Asman Abnur ke NasDem baru sebatas rumor.

Sebab, menurutnya, Asman merupakan tokoh senior yang sudah berjuang bersama PAN sejak lama, termasuk menjadi anggota DPR empat periode dan menteri mewakili PAN."Saya tidak bisa mengonfirmasi berita tersebut. Tetapi saya merasa bahwa karena sejarah dan perjalanan panjang Pak Asman bersama PAN rasanya berita tersebut sekadar rumor," kata Eddy, Senin, 25 April. 

Sementara, Wakil Ketua Umum (Waketum) DPP Partai NasDem Ahmad Ali, menyatakan bahwa saat ini Asman Abnur masih kader PAN.

"Pak Asman masih kader PAN," kata Ali kepada wartawan, Senin, 25 April.  

Diketahui, isu Asman Abnur pindah ke NasDem mengemuka, usai bekas Menteri PANRB itu dikabarkan menemui Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh.