MAKASSAR - Kapolrestabes Makassar Kombes Budhi Haryanto mengatakan perencanaan pembunuhan terhadap pegawai Dinas Perhubungan (Dishub) Makassar Najamuddin Sewang dimulai sejak 2020.
"Berdasarkan pengakuan tersangka, perencanaan ini sejak tahun 2020 dan baru terlaksana sekarang," ujarnya menjelaskan motif penembakan, saat rilis kasus di Mapolrestabes Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), dilansir Antara, Senin, 18 April.
Ia mengatakan, percobaan pembunuhan pernah dilakukannya pada 2020, namun gagal dan baru bisa merealisasikan niatnya itu di 2022 atau tepatnya pada Minggu, 3 April pagi, di Jalan Danau Tanjung Bunga sekitar Masjid Cheng Ho, pukul 10.00 WITA.
Kombes Budhi Haryanto menyatakan, perencanaan pembunuhan pada tahun 2020 dengan menyuruh seseorang untuk melemparkan sesuatu ke rumah korban. Namun pada saat itu gagal.
Gagalnya pembunuhan di tahun itu, kata dia, dan semakin tingginya angka kasus COVID-19, kemudian tertunda hingga akhirnya berhasil dilaksanakan di awal puasa Ramadhan 1443 Hijriah tersebut.
"Katanya sih melemparkan sesuatu ke rumah korban, tapi gagal dan baru sekarang ini berhasil setelah direncanakan dengan matang," ujarnya pula.
BACA JUGA:
Budhi Haryanto menerangkan, motif pembunuhan terhadap Najamuddin Sewang karena terbakar api cemburu. Korban diketahuinya juga mendekati kekasih gelapnya yang juga salah seorang pejabat eselon IV di Dishub Makassar berinisial R.
Menurut dia, baik korban, pelaku, dan wanita yang diperebutkan itu, pernah satu kantor dengan korban di Dishub Makassar. Tersangka Iqbal Asnan (MIA) pernah menjabat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dishub Makassar pada 2018 dan kemudian dimutasi dan dilantik menjadi Kepala Satpol PP Makassar pada 2021.
"Ini cinta segitiga, hubungan terlarang. Perencanaan pembunuhan di tahun 2020 dan baru sekarang terealisasi. Itu semua karena terbakar api cemburu," katanya pula.
Dalam perkara itu, polisi telah menetapkan lima orang tersangka yang masing-masing berinisial MIA (Kasatpol PP Makassar), SU, CA, AS, dan SL.
MIA atau Iqbal Asnan bertindak sebagai otak dari pembunuhan dibantu empat orang lainnya sebagai perencana dan eksekutor.
Atas perbuatan para pelaku, polisi menjerat mereka dengan Pasal 55 (1) dan (2) jo Pasal 56 jo 340 KUHP tentang pembunuhan berencana. Para pelaku terancam hukuman penjara paling singkat 20 tahun dan maksimal pidana kurungan seumur hidup atau pidana mati.