JAKARTA - Polisi mengamankan belasan remaja yang diduga hendak membuat kericuhan di sekitaran gedung MPR-DPR. Mereka disebut termakan hoaks aksi demonstrasi buruh.
"(Yang diamankan) 18, ada yang pelajar, ada yang nganggur sih," ujar Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Yusri Yunus kepada wartawan, Selasa, 6 Oktober.
Berdasarkan pemeriksaan sementara, mereka sengaja datang ke sekitaran gedung MPR-DPR karena ingin terlibat ricuh. Sebab, mereka mendapat pesan berantai perihal tersebut.
"Mereka lihat beredar sama SMS-SMS, WA mereka bahwa demo di ini chaos, mereka mau ke sana, mau ikut-ikutan gitu," ujar Yusri.
Dari hasil penggeledahan tak ditemukan senjata tajam atau lainnya. Sehingga, mereka hanya akan dibina terlebih dahulu dan kemudian dipulangkan kembali.
"Nanti kita kasih ceremah-ceramah sedikit, kita kasih siraman-siraman rohani lah, baru pulang," kata Yusri.
Adapun pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja menimbulkan reaksi banyak pihak, terutama para buruh. Mereka menggelar aksi mogok kerja hingga demonstrasi untuk menuntut undang-undang tersebut dicabut.
BACA JUGA:
Ketua Departemen Komunikasi dan Media Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Kahar S. Cahyono mengatakan, aksi demonstrasi dilakukan para buruh per daerah saja. Mereka tidak akan bergerak ke kawasan DPR-RI.
"Hari ini KSPI melakukan aksi di berbagai daerah. Massa tidak ke DPR," ujar Kahar kepada VOI, Selasa, 6 Oktober.
Kahar menyebut ada beberapa alasan aksi demonstrasi tidak dipusatkan di depan gedung DPR. Pertama dengan alasan mencegah penyebaran COVID-19.
"Kami mempertimbangan masalah kesehatan rekan-rekan buruh. Sehingga memutuskan tidak menggelar aksi di DPR," kata dia.