Bagikan:

JAKARTA - Tim penyelamat mencari puluhan orang yang masih hilang di provinsi KwaZulu-Natal (KZN) Afrika Selatan pada Minggu, setelah hujan lebat dalam beberapa hari terakhir memicu banjir dan tanah longsor yang telah menewaskan lebih dari 440 orang.

Banjir telah menyebabkan ribuan orang kehilangan tempat tinggal, memutus aliran listrik dan layanan air serta mengganggu operasi di salah satu pelabuhan tersibuk di Afrika, Durban.

Perdana Menteri Provinsi Sihle Zikalala mengatakan, jumlah korban tewas telah meningkat menjadi 443, dengan 63 orang lainnya belum ditemukan. Sementara, seorang pejabat ekonomi provinsi memperkirakan, kerusakan infrastruktur secara keseluruhan lebih dari 10 miliar rand atau sekitar 684,6 juta dolar AS.

Di beberapa daerah yang terkena dampak terburuk, penduduk mengatakan mereka takut dengan hujan lebih banyak, yang diperkirakan akan turun pada Hari Minggu. Beberapa menghadapi penantian yang menyakitkan untuk berita tentang orang-orang terkasih yang hilang.

"Kami tidak kehilangan harapan. Meskipun kami terus-menerus khawatir karena hari-hari terus berlanjut," Sbongile Mjoka, warga desa Sunshine di Kotamadya eThekwini yang keponakannya yang berusia 8 tahun telah hilang selama berhari-hari, melansir Reuters 18 April.

"Kami trauma melihat hujan," tukas Mjoka kepada Reuters, seraya menambahkan bahwa rumahnya rusak parah.

Terpisah, di daerah semi-pedesaan terdekat, tiga anggota keluarga Sibiya tewas ketika dinding kamar tempat mereka tidur runtuh dan Bongeka Sibiya yang berusia 4 tahun masih hilang.

"Semuanya adalah pengingat yang keras tentang apa yang hilang dari kami, dan tidak dapat menemukan (Bongeka) sangat menghancurkan, karena kami tidak dapat berduka atau sembuh. Pada tahap ini kami dibiarkan merasa kosong," ujar Lethiwe Sibiya.

Sementara itu, Kantor Presiden Cyril Ramaphosa mengatakan pada Sabtu malam, dia telah menunda kunjungan kerja ke Arab Saudi untuk fokus pada bencana tersebut. Presiden Ramaphosa akan bertemu dengan para menteri kabinet untuk menilai tanggapan terhadap krisis tersebut.

Ada pun Perdana Menteri Zikalala mengatakan dalam konferensi pers yang disiarkan televisi, banjir tersebut termasuk yang terburuk dalam sejarah provinsi yang tercatat.

"Kita perlu mengumpulkan keberanian kolektif kita dan mengubah kehancuran ini menjadi kesempatan untuk membangun kembali provinsi kita. Orang-orang KwaZulu-Natal akan bangkit dari ini," tukasnya.