Pertahankan Sikap Netral Terkait Perang di Ukraina, Turki hanya akan Mengadopsi Sanksi PBB Terhadap Rusia
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan temui delegasi perundingan damai Ukraina dan Rusia di Istanbul. (Sumber: Presidency of The Republic of Turkiye)

Bagikan:

JAKARTA - Turki mengatakan bahwa mereka akan mempertahankan sikap seimbang dan melanjutkan inisiatif multifasetnya, untuk membangun perdamaian, stabilitas, keamanan, dan keadilan di masa kritis ini di tengah perang yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina.

Berbicara dalam wawancara televisi langsung dengan penyiar Turki NTV, Menteri Luar Negeri Mevlüt Cavuşoğlu pada Hari Kamis mengatakan, Turki akan mengadopsi sanksi apa pun yang hanya diterapkan oleh PBB terhadap Rusia, menambahkan Turki telah bertindak sesuai dengan hukum internasional, akan menjaga keseimbangannya tentang masalah tersebut.

"Pandangan terhadap Turki telah berubah secara positif. Turki yang lebih kuat akan menjadi aktor yang jauh lebih penting di masa depan. Kami akan terus mengikuti kebijakan luar negeri yang berprinsip. Bahkan para kritikus melihat pentingnya kebijakan yang seimbang," katanya, melansir Daily Sabah 14 April.

Mengulangi seruan Turki agar PBB direformasi, diplomat tinggi itu mengatakan perang yang sedang berlangsung memiliki gejala era perang dingin baru.

Juga menggarisbawahi upaya Turki untuk menjadi tuan rumah pembicaraan damai lebih lanjut antara pihak-pihak yang bertikai, dia mengatakan keputusan akhir terserah Presiden Rusia Vladimir Putin untuk mengatakan "ya."

Mevlüt Cavuşoğlu
Menlu Turki Mevlüt Çavuşoğlu. (Wikimedia Commons/Ministerie van Buitenlandse Zaken)

Ditanya apakah Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Putin akan bertemu di Turki, Cavuşoğlu mengatakan, "Negosiasi intensif berlanjut antara kedua delegasi," menambahkan bahwa pertemuan itu tergantung pada keputusan akhir Putin.

Menyatakan bahwa mereka akan berusaha untuk menyatukan para pemimpin, Cavuşoğlu berkata, "Negosiasi berlanjut di antara delegasi kami."

Lebih jauh dia mengatakan, gambaran peristiwa di Bucha telah membayangi proses perdamaian. Menurutnya, semakin lama perang berlangsung, semakin sulit solusinya, kendati terlepas dari semua kemungkinan, ada kemungkinan gencatan senjata.

"Citra tidak manusiawi dari daerah seperti Bucha dan Irpin, yang juga kami kutuk, mengubah suasana. Ini menciptakan suasana negatif di pihak Ukraina. Ada pernyataan berbeda dari Federasi Rusia mengenai hal ini, tetapi pada akhirnya, ini berdampak negatif pada proses negosiasi," paparnya.

Diketahui, Turki adalah salah satu negara paling aktif berusaha untuk memastikan gencatan senjata permanen antara Ukraina dan Rusia, mengambil peran mediator dengan menjaga saluran komunikasi dengan kedua pihak yang bertikai tetap terbuka.

Dengan posisinya yang unik dalam menjalin hubungan persahabatan dengan Rusia dan Ukraina, Turki mendapat pujian luas atas dorongannya untuk mengakhiri perang.