Bagikan:

JAKARTA - Jakarta kembali ke wajah aslinya seiring terus semakin membaiknya penanganan COVID-19. Di sana-sini akan mudah kita dapatkan gambaran jalanan Jakarta yang dipadati kendaraan.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengakui hal itu. Penyebabnya, kata dia, kondisi kegiatan masyarakat sudah seperti kondisi normal.

Meskipun, Jakarta masih menerapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Level 2 yang diterapkan per tanggal 5 sampai 18 April 2022 mendatang.

"Jadi, mulai macet itu kan kita ini sekarang sudah seperti normal, sekalipun Jakarta masih memberlakukan PPKM Level 2 untuk 2 minggu ke depan," kata Riza Selasa, 5 April.

Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya mencatat peningkatan jumlah kendaraan di ruas jalan ibu kota. Penyebabnya, skema work from home yang tak lagi diterapkan di masa pandemi COVID-19.

"Ada peningkatan 10 sampai 18 persen," ujar Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Sambodo Purnomo Yogo.

Persentase peningkatan jumlah kendaraan itu berdasarkan data sepekan terakhir. Namun, terlepas dari data pun jumlah peningkatan kendaraan sangat terasa. Sebab, kemacetan mulai terjadi di mana-mana.

Anggota Komisi B DPRD DKI dari Fraksi PDIP, Gilbert Simanjuntak melayangkan kiritik upaya mengatasi kemacetan oleh Gubernur DKI Anies Baswdan yang dirasa tidak optimal.

"Saat ini memang (lalu lintas) sudah kondisi normal. Tidak jelas bagaimana upaya Pemprov DKI untuk mengatasi kemacetan," kata Gilbert saat dihubungi, Kamis, 7 April.

Padahal, beberapa waktu lalu, Anies pernah mengungkapkan bahwa tingkat kemacetan Jakarta menurun. Hal ini didasarkan pada hasil survei TomTom bahwa pada tahun 2021 Jakarta menempati peringkat 46 dari 404 kota termacet di dunia.

Saat itu, Anies mengklaim bahwa penurunan angka kemacetan berkat adanya transformasi sistem transportasi yang selama ini ia lakukan selama memimpin Ibu Kota.

Anies datang ke Masjid UGM

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan sendiri jelang akhir pekan, terbang ke Yogyakarta untuk ikut mengisi ceramah salat Tarawih di Masjid UGM. Di sana, Anies membicarakan masalah perkotaan, khususnya yang ada di Jakarta.

Dalam ceramahnya, Anies memamerkan capaian program JakLingko yang ia gagas saat memimpin Jakarta. Anies bercerita, JakLingko digagas saat melihat fakta ketimpangan antara penduduk Jakarta dengan kendaraan bermotornya.

Yang terjadi, kata Anies, Jakarta dihadapi kemacetan. Karenanya, Anies berkeinginan untui mengurangi jumlah kendaraan pribadi dan menambah jumlah kendaraan umum dengan program JakLingko.

Dalam program ini, Anies mengumpulkan puluhan operator angkot, metromini, hingga kopaja. Kepada mereka, Anies menawarkan pengelolaan pembayaran angkutan umum per kolometer kepada operator. Sementara, masyarakat membayar Rp5.000 dalam durasi waktu 3 jam dan boleh berpindah-pindah angkutan.

"Buatlah sebuah sistem namanya JakLingko. JakLingko itu sebuah sistem yang dulu, warga dan kendaraan umum, mereka bertransaksi. Kami pemerintah bagiannya buat regulasi. kita ubah, operator kendaraan kami beli jasanya. Kami beli jasa anda per kilometer per hari," ungkap Anies.

Hasilnya, lanjut Anies, para operator pun setuju untuk bergabung dalam program JakLingko. Anies mengklaim, program JakLingko berhasil diterapkan tanpa mengundang masalah antara operator dan Pemprov DKI.

"Mereka punya kontrak dengan pemerintah untuk dilayani secara bertahun-tahun. Sehingga, mereka mengganti tanpa sakit hati. tidak ada metromini, kopaja yang digusur, dan tidak ada drama. Semua selesai tanpa drama," ucap Anies yang disambut tepuk tangan.

Setelah adanya program JakLingko, Anies menyebut kondisi angkutan umum saat ini menjadi lebih baik. Anies mengaku jarang melihat angkutan umum yang ugal-ugalan dan ngetem di jalan.

Bahkan, kata dia, jumlah penumpang transportasi umum saat ini kian meningkat. "Apa yang terjadi sesudah itu dilakukan? Ini subhanallah. Kami pun tidak menduga seperti ini. Dulu, setiap hari di Jakarta yang naik kendaraan umum hanya 350 ribu orang per hari. sesudah dibuat sistem baru, meningkat menjadi 1 juta orang per hari," tutur dia.