JAKARTA - Puasa ramadan di luar negeri tentu berbeda dengan Indonesia. Mulai dari waktu puasa, menu makanan berbuka dan sahur hingga suhu udara, pastinya berbeda.
Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Indonesia untuk Portugal, Rudy Alfonso bercerita perbedaan menjalani ibadah ramadan di negeri orang. Menyesuaikan kondisi di negeri orang tentu jadi keharusan.
“Pengalaman pertama menjalankan ibadah puasa di Lisbon, sesuatu yang berbeda antara lain rentang waktu dari imsak hingga magrib lebih lama 1,5 jam dibanding di Tanah Air,” kata Dubes RI untuk Portugal Rudy Alfonso kepada VOI, Rabu, 6 April.
Cuaca di Lisbon, Ibu Kota Portugal jauh berbeda dengan Tanah Air. Ambil contoh di Ibu Kota Jakarta, yang beberapa hari cuacanya sangat terik termasuk hujan deras, Lisbon punya suhu udara berkisar 9-15 derajat celcius.
Penyesuaian waktu sahur, imsak dan berbuka puasa pastinya dilakoni WNI di luar negeri. Tapi bukan hanya beda waktu ramadan juga kondisi cuaca, menjalankan ibadah ramadan bersama keluarga tentu hal utama yang paling dirindukan.
Dubes RI Rudy Alfonso mengaku bersyukur, meski jauh dari keluarga besar, di Lisbon banyak hal menyenangkan saat menjalani ibadah puasa. Istilahnya ‘tak kesepian’ di negeri orang.
“Ada suasana yang berbeda tetapi menyenangkan karena bertemu dengan kolega dekat sesama Duta Besar dari negara sahabat seperti Pakistan, Iran, Mesir, Iraq, Aljazair dan lain-lain yang sama-sama sedang menunaikan ibadah puasa,” tutur Rudy Alfonso.
Momen ini tentunya dimanfaatkan untuk berbagi cerita, menyambung silaturahmi. Bulan ramadan yang mengeratkan persaudaraan.
“Saat bertemu di acara-acara resepsi diplomatik di mana kami yang sedang berpuasa ngumpul di pojok dan saling berbagi cerita tentang ramadan di negara masing-masing,” ujar Rudy Alfonso.
Bagaimana dengan WNI di Lisbon? Dubes RI Rudy Alfonso mengatakan masjid raya di Ibu Kota Portugal sudah dibuka terbatas tentunya menerapkan protokol kesehatan.
“Ada kegiatan buka puasa bersama dan tarawih yang jumlahnya terbatas, imamnya kebetulan keturunan Pakistan," katanya.
WNI di Lisbon memang tak banyak. Mereka umumnya keluarga lokal staf di KBRI dan beberapa mahasiswa serta WNI yang menikah dengan orang Portugal.
Untuk berbuka puasa, dijelaskan Rudy Alfonso, pihaknya taat instruksi otritas soal belum dibolehkannya berbuka puasa bersama.
Nah urusan berbuka puasa, WNI di Lisbon sambung Dubes RI menyantap makanan lokal, termasuk seafood. Ada juga roti/cake khas di sana.
“Di Lisbon juga ada ikan asin yang disebut bacalhau yang terkenal tetapi sangat asin. Roti banyak macamnya dan rasanya memang lebih gurih. Ada juga kue khas yang sangat terkenal namanya pastel de nata,” kata Rudy dalam perbincangan.
“Namun kami tetap berharap jika nantinya pandemi semakin mereda dan pemerintah Portugal makin melonggarkan protokol kesehatan maka suasana ramadan dan Idulfitri yang telah 2 tahun tidak ada akan dapat kita nikmati di tahun ini,” tutur Rudy Alfonso.
BACA JUGA:
Yang pasti Dubes RI berharap kondisi di Eropa juga Tanah Air semakin membaik setelah ‘digempur’ virus corona.
“Semoga di Tanah Air juga semakin membaik dan Idulfitri tahun ini akan berbeda kondisinya dengan 2 tahun sebelumnya. Kita doakan bersama,” harap Rudy Alfonso.
Sebagai informasi, Rudy Alfonso ditunjuk Presiden Jokowi menjadi Dubes Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia untuk Portugal. Rudy Alfonso menyerahkan surat-surat kepercayaan (Letters of Credence) kepada Presiden Republik Portugal, Marcelo Rebelo de Sousa, di Istana Kepresidenan Palácio Nacional da Ajuda, Lisabon, Senin, 17 Januari 2022.