Nilai Rudal ICBM yang Diluncurkan Korea Utara Pekan lalu Bukan Hwasong-17 Tapi Hwasong-15, Ini Penjelasan Korea Selatan
Uji coba peluncuran rudal balistik antar-benua Korea Utara pekan lalu. (Sumber: KCNA)

Bagikan:

JAKARTA - Militer Korea Selatan menyebut peluncuran rudal balistik Korea Utara pekan lalu, menggunakan rudal balistik yang lebih tua dan lebih kecil, bukannya ICBM Hwasong-17 baru yang masih, bagian dari upaya untuk mencegah reaksi negatif domestik terhadap peluncuran yang gagal.

Pejabat Korea Selatan dan Amerika Serikat telah menyimpulkan, peluncuran pada 24 Maret lalu tampaknya merupakan ICBM Hwasong-15, kata seorang pejabat kementerian pertahanan, yang berbicara dengan syarat anonim karena sensitivitas masalah tersebut.

Washington belum secara terbuka mempertimbangkan, dengan juru bicara Pentagon John Kirby mengatakan kepada wartawan pada Hari Selasa, tes itu masih dianalisis.

Diketahui, uji coba pertama Korea Utara menembakkan Hwasong-15 pada November 2017, sebelum memberlakukan moratorium pada pengujian ICBM yang berakhir dengan peluncuran minggu lalu.

Analis open-source mencatat perbedaan dalam video dan foto yang dirilis oleh media pemerintah Korea Utara setelah peluncuran itu, mengatakan bayangan, cuaca dan faktor lain menunjukkan itu dari tes sebelumnya, mungkin peluncuran yang gagal pada 16 Maret.

rudal balistik korea utara
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un mengamati langsung peluncuran rudal Korea Utara. (Sumber: KCNA)

"Pemilihan Hwasong-15, yang lebih andal dengan tes yang berhasil pada tahun 2017, dapat dimaksudkan untuk memblokir rumor dan memastikan stabilitas rezim, dengan menyampaikan pesan keberhasilan dalam waktu sesingkat mungkin, setelah penduduk Pyongyang menyaksikan kegagalan tersebut," tulis Kementerian Pertahanan dalam sebuah laporan yang diberikan kepada parlemen dan diperoleh Reuters, seperti dilansir 30 Maret.

Tes itu juga dapat ditujukan untuk meningkatkan statusnya sebagai kekuatan militer dan meningkatkan daya tawar terhadap Korea Selatan, Amerika Serikat serta masyarakat internasional, laporan itu menyimpulkan.

Pejabat AS dan Korea Selatan mengatakan, tes pada 27 Februari dan 5 Maret melibatkan sistem Hwasong-17, kemungkinan dalam persiapan untuk peluncuran jarak jauh. Namun, Korea Utara tidak pernah mengakui peluncuran 16 Maret atau kegagalannya yang dilaporkan.

Puing-puing dari uji coba yang gagal itu menghujani Pyongyang, kata Ha Tae-keung, seorang anggota parlemen Korea Selatan yang diberi pengarahan oleh militer kepada wartawan, Selasa.

Kegagalan itu mendorong Korea Utara untuk mengatakan 'kebohongan besar', mengatakan peluncuran Hwasong-15 pada 24 Maret adalah Hwasong-17 untuk menghindari opini publik domestik yang negatif, tutur Ha.

Diberitakan sebelumnya, rudal yang diluncurkan Kamis pekan lalu terbang selama 67,5 menit ke jangkauan 1.090 km (681 mil), dengan ketinggian maksimum 6.248.5 km (3.905 mil) menurut laporan media pemerintah.

peluncuran rudal korea utara
Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un melintas di dekat rudal balistik. (Sumber: KCNA)

Angka tersebut mirip dengan data yang dilaporkan oleh Jepang dan Korea Selatan, namun lebih jauh dan lebih lama dari tes Hwasong-15 pertama, yang terbang selama 53 menit ke ketinggian sekitar 4.475 km dan jangkauan 950 km.

Karakteristik rudal Kamis, seperti akselerasi naik, pembakaran dan waktu pemisahan bagian mirip dengan Hwasong-15, sekalipun disebutkan terbang lebih jauh dan lebih tinggi, sambung laporan itu.

Pejabat Korea Selatan menilai, Korea Utara mungkin telah memodifikasi Hwasong-15, atau meluncurkannya tanpa muatan uji yang signifikan untuk meningkatkan jangkauannya.

Sementara, analis mengatakan ledakan 16 Maret mungkin disebabkan oleh masalah di mesin. Laporan kementerian mencatat, Hwasong-17 membutuhkan cluster yang lebih canggih dari empat mesin kelas Paektusan dibandingkan dengan dua Hwasong-15, dan delapan hari antara peluncuran tidak cukup untuk menganalisis penyebab kegagalan.

"Jika 16 Maret adalah kegagalan Hwasong-17 dan 24 Maret adalah Hwasong-15, itu jelas menunjukkan Hwasong-17 masih memiliki masalah gigi," tukas Vann Van Diepen, mantan pejabat pemerintah AS yang terlibat dalam senjata pemusnah massal dan nonproliferasi.

Tes sukses kedua dari Hwasong-15 akan mengkonfirmasi keandalannya, tetapi jika peningkatan kinerjanya hanya karena berkurangnya muatan, maka signifikansinya akan terbatas, katanya.