Korban Invasi Rusia ke Ukraina Terus Berjatuhan, Presiden Zelensky Minta Tambahan Bantuan di Hadapan Kongres AS
Regu penyelamat mengevakuasi warga dari gedung yang terkena serangan Rusia. (Wikimedia Commons/dsns.go.ua/State Emergency Service of Ukraine)

Bagikan:

JAKARTA - Korban jiwa dan luka-luka akibat invasi Rusia ke Ukraina terus berjatuhan, dengan Presiden Volodymyr Zelensky kembali meminta tambahan bantuan dari negara-negara Barat, sedangkan Presiden Putin menyebut operasi militer khususnya sesuai rencana.

Dalam pidatonya kepada Kongres Amerika Serikat melalui tautan video, Presiden Zelensky meminta sanksi yang lebih keras terhadap Rusia dan lebih banyak senjata untuk membantu negaranya, mengulangi permintaan untuk zona larangan terbang di atas Ukraina, sesuatu yang dikhawatirkan Barat akan memperburuk konflik.

"Dalam masa tergelap bagi negara kami, untuk seluruh Eropa, saya meminta Anda untuk berbuat lebih banyak," ujar Presiden Zelenskiy, yang menunjukkan klip video anak-anak yang tewas dan terluka serta gedung-gedung yang diledakkan, melansir Reuters 17 Maret.

Atas permintaan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy, Washington akan membantu Ukraina memperoleh tambahan sistem rudal jarak jauh anti-pesawat saat Barat mendukung pemerintahannya, yang masih mengharapkan solusi diplomatik.

Sementara itu, Presiden Putin pada Hari Rabu mengatakan dia siap untuk membahas status netral untuk Ukraina. Tetapi, apa yang dia sebut 'operasi militer khusus' untuk demiliterisasi dan denazifikasi negara itu 'berjalan sesuai rencana' dibenarkan oleh kebutuhan untuk menegakkan keamanan Rusia. Ukraina dan Barat mengatakan Moskow melakukan serangan tanpa alasan.

korban ukraina
Regu penyelamat menyisir reruntuhan bangunan untuk mencari korban akibat serangan Rusia. (Wikimedia Commons/dsns.gov.ua/State Emergency Service of Ukraine)

Pasukan Kremlin terus membombardir kota-kota yang terkepung, termasuk penembakan intensif di ibu kota Kyiv, seiring dengan lebih dari 3 juta orang Ukraina telah melarikan diri dan ratusan orang tewas.

Kedutaan Besar AS di Kyiv mengatakan pasukan Rusia telah menembak mati 10 orang yang mengantre untuk mendapatkan roti di Chernihiv, timur laut Kyiv. Rusia membantah serangan itu dan mengatakan insiden itu bohong.

Rekaman dari penyiar negara Ukraina menunjukkan mayat tergeletak di jalan. Kantor kejaksaan umum Ukraina mengatakan telah membuka penyelidikan.

Layanan darurat mengatakan petugas penyelamat telah menemukan mayat lima orang, termasuk tiga anak-anak, selama pencarian di gedung-gedung perumahan yang terkena serangan bom di Chernihiv.

Sementara di pelabuhan selatan Mariupol yang terkepung, dewan kota mengatakan pasukan Rusia mengebom sebuah teater tempat warga sipil berlindung. Jumlah korban tidak diketahui.

Kementerian pertahanan Rusia membantah telah melakukan serangan udara terhadap teater tersebut. Reuters tidak dapat memverifikasi informasi tersebut secara independen.

Maxar Technologies, sebuah perusahaan swasta AS, mendistribusikan citra satelit yang katanya dikumpulkan pada 14 Maret dan menunjukkan kata "anak-anak" dalam tulisan besar Rusia yang dilukis di tanah di luar Teater Drama Mariupol beratap merah.

volodymyr zelensky
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy

Terpisah, Gubernur wilayah Zaporizhzhia mengatakan pasukan Rusia telah menembakkan artileri ke konvoi pengungsi dari Mariupol, melukai lima orang pada Rabu. Militer Ukraina mengatakan anak-anak termasuk di antara korban.

Tiga orang tewas dan lima terluka setelah penembakan yang menyebabkan kebakaran di sebuah pasar di Kharkiv timur, kota kedua Ukraina, kata layanan darurat.

Wakil Perdana Menteri Iryna Vereshchuk mengatakan 400 staf dan pasien disandera di sebuah rumah sakit yang ditangkap pasukan Rusia di Mariupol pada Selasa. Adapun Moskow membantah menargetkan warga sipil.

Di Kyiv, Walikota Vitali Klitschko mengatakan penembakan Rusia menyebabkan kebakaran dan merusak rumah-rumah pribadi dan saluran gas di sana pada Rabu malam setelah rentetan serangan dini hari.

Untuk diketahui, Ukraina mengatakan sekitar 20.000 orang telah melarikan diri dari pengepungan Mariupol dengan mobil, tetapi ratusan ribu masih terjebak di bawah pemboman tanpa panas, listrik atau air. Lebih dari 3 juta pengungsi kini telah meninggalkan Ukraina ke negara lain.