Catat Sejarah Terima Transplantasi Jantung dari Babi, Pria AS Meninggal Setelah Dua Bulan
Ilustrasi. (Wikimedia Commons/CMSRC)

Bagikan:

JAKARTA - Seorang pria 57 tahun dengan penyakit jantung terminal yang membuat sejarah sebagai orang pertama yang menerima jantung babi yang dimodifikasi secara genetik, meninggal pada Hari Selasa di University of Maryland Medical Center (UMMC), kata rumah sakit.

Pria yang diketahui bernama David Bennett mencatat sejarah, ketika dia menjadi yang pertama menerima transplantasi jantung babi pada 7 Januari lalu.

Kondisinya mulai memburuk beberapa hari yang lalu, kata rumah sakit dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu, dan dia diberi "perawatan paliatif yang penuh kasih" setelah menjadi jelas bahwa dia tidak akan pulih.

Bennett tidak mampu mengatasi apa yang ternyata menjadi kelemahan yang menghancurkan, yang disebabkan oleh gagal jantung yang dia alami sebelum transplantasi, kata Dr. Bartley Griffith, direktur program transplantasi jantung UMCC, dalam sebuah pernyataan yang direkam dalam video.

"Jantung yang ditransplantasikan berfungsi 'dengan indah'," kata Griffith seperti melansir Reuters 10 Maret.

Pihak rumah sakit mengatakan, Bennett dapat berkomunikasi dengan keluarganya selama jam-jam terakhirnya.

Diketahui, Bennett pertama kali datang ke UMMC sebagai pasien pada Bulan Oktober dan ditempatkan pada mesin bypass jantung-paru, tetapi dianggap tidak memenuhi syarat untuk transplantasi jantung konvensional.

Setelah Bennett menerima jantung babi yang telah dimodifikasi untuk mencegah penolakan dengan menggunakan alat pengeditan gen baru, putranya menyebut prosedur itu sebagai 'keajaiban.' Sedangkan bagi Bennett, prosedur itu adalah pilihan terakhirnya.

"Sebelum menyetujui untuk menerima transplantasi, Tuan Bennett sepenuhnya diberitahu tentang risiko prosedur, dan bahwa prosedur itu eksperimental dengan risiko dan manfaat yang tidak diketahui," sebut rumah sakit.

Diketahui, para peneliti telah lama menganggap babi sebagai sumber potensial organ untuk transplantasi, karena mereka secara anatomi mirip dengan manusia dalam banyak hal.

Upaya sebelumnya pada transplantasi babi ke manusia telah gagal, karena perbedaan genetik yang menyebabkan penolakan organ atau virus yang menimbulkan risiko infeksi.

"Demonstrasi bahwa itu mungkin, bahwa kami dapat mengambil organ rekayasa genetika dan melihatnya berfungsi dengan sempurna selama sembilan minggu, cukup positif dalam hal potensi terapi ini," tukas Griffith.