Dokter di AS Sukses Lakukan Transplantasi Jantung Babi ke Penderita Penyakit Jantung, Harapan Meringankan Kekurangan Donor Organ
Ilustrasi. (Wikimedia Commons/CMSRC)

Bagikan:

JAKARTA - Seorang pria Amerika Serikat (AS) yang menderita penyakit jantung terminal menjalani transplantasi jantung babi yang dimodifikasi secara genetik, operasi pertama dari metode ini dan tiga hari setelahnya pasien baik-baik saja, dokter melaporkan pada Hari Senin.

Operasi, yang dilakukan oleh tim di University of Maryland Medicine, adalah salah satu yang pertama menunjukkan kelayakan transplantasi jantung bab ke manusia, bidang yang dimungkinkan oleh alat rekayasa gen baru.

Jika operasi ini terbukti berhasil, para ilmuwan berharap organ babi bisa membantu meringankan kekurangan donor organ yang selama ini terjadi.

"Ini adalah operasi terobosan dan membawa kita selangkah lebih dekat untuk memecahkan krisis kekurangan organ. Tidak ada cukup hati manusia donor yang tersedia untuk memenuhi daftar panjang calon penerima," terang Dr. Bartley Griffith, yang melakukan operasi transplantasi jantung babi ke pasien, dalam sebuah pernyataan, mengutip Reuters 11 Januari.

"Kami melanjutkan dengan hati-hati, tetapi kami juga optimis bahwa operasi pertama di dunia ini akan memberikan pilihan baru yang penting bagi pasien di masa depan," tambah Griffith.

Bagi David Bennett dari Maryland yang berusia 57 tahun, transplantasi jantung adalah pilihan terakhirnya.

"Itu Pilihannya mati atau melakukan transplantasi ini. Saya ingin hidup. Saya tahu ini adalah tembakan dalam kegelapan, tapi itu pilihan terakhir saya," tutur Bennett sehari sebelum operasinya, menurut sebuah pernyataan yang dirilis oleh universitas.

Untuk melanjutkan operasi eksperimental, universitas memperoleh izin darurat dari Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) pada Malam Tahun Baru melalui program penggunaannya yang diawai.

"FDA menggunakan data dan data kami pada babi percobaan, untuk mengizinkan transplantasi pada pasien penyakit jantung stadium akhir yang tidak memiliki pilihan pengobatan lain," terang Dr. Muhammad Mohiuddin, yang mengepalai program xenotransplantasi, transplantasi organ hewan ke manusia.

Sekitar 110.000 orang Amerika saat ini sedang menunggu transplantasi organ, dan lebih dari 6.000 pasien meninggal setiap tahun sebelum mendapatkannya, menurut organdonor.gov.

Jantung babi untuk donor Bennett yang dimodifikasi secara genetik disediakan oleh Revivicor, perusahaan obat regeneratif yang berbasis di Blacksburg, Virginia. Pada pagi hari operasi, tim transplantasi mengambil jantung babi dan menempatkannya ke dalam alat khusus untuk mempertahankan fungsinya sampai operasi.

Diketahui, babi telah lama menjadi sumber potensial transplantasi yang menggiurkan karena organ mereka sangat mirip dengan manusia. Jantung babi pada saat penyembelihan, misalnya, kira-kira sebesar jantung manusia dewasa.

Selain jantung, organ lain dari babi yang sedang diteliti untuk ditransplantasikan ke manusia termasuk ginjal, hati, dan paru-paru.

Upaya sebelumnya pada transplantasi babi ke manusia telah gagal, karena perbedaan genetik yang menyebabkan penolakan organ atau virus yang menimbulkan risiko infeksi.

Para ilmuwan telah mengatasi masalah itu dengan merekayasa gen yang berpotensi berbahaya. Dalam jantung yang ditanamkan di Bennett, tiga gen yang sebelumnya terkait dengan penolakan organ dihilangkan dari babi donor, dan enam gen manusia yang terkait dengan penerimaan kekebalan dimasukkan ke dalam genom babi.

Para peneliti juga menghapus gen babi untuk mencegah pertumbuhan berlebihan dari jaringan jantung babi.

Untuk diketahui, pekerjaan ini didanai sebagian dengan hibah penelitian 15,7 juta dolar AS untuk mengevaluasi hati babi yang dimodifikasi secara genetik Revivicor dalam studi.

Selain perubahan genetik pada jantung babi, Bennett menerima obat anti-penolakan eksperimental yang dibuat oleh Kiniksa Pharmaceuticals yang berbasis di Lexington, Mass.