JAKARTA - Kremlin menuduh Amerika Serikat pada Hari Rabu menyatakan perang ekonomi terhadap Rusia, menabur kekacauan melalui pasar energi dan membuat Amerika Serikat memperhatikan mereka sedang memikirkan dengan hati-hati bagaimana menanggapi larangan minyak dan energi Rusia.
Ekonomi Rusia menghadapi krisis paling parah sejak kejatuhan Uni Soviet tahun 1991, setelah Barat memberlakukan sanksi yang melumpuhkan pada hampir seluruh sistem keuangan dan perusahaan Rusia menyusul invasi Moskow ke Ukraina.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyebut sanksi Barat sebagai 'bacchanalia bermusuhan' yang telah mengguncang pasar global, dengan tegas memperingatkan tidak jelas seberapa jauh turbulensi di pasar energi global akan berlanjut.
"Anda lihat bacchanalia, bacchanalia yang bermusuhan, yang telah ditaburkan oleh Barat, itu tentu saja membuat situasi menjadi sangat sulit dan memaksa kita untuk berpikir serius," terang Peskov, dilansir dari Reuters 10 Maret.
Ditanya tentang larangan impor minyak dan energi Rusia yang diumumkan oleh Presiden AS Joe Biden, Peskov mengatakan Rusia telah, sedang dan akan menjadi pemasok energi yang dapat diandalkan.
Lebih jauh Peskov menegaskan, Moskow akan, bagaimanapun, sekarang berpikir sangat serius tentang tanggapan.
"Situasinya menuntut analisis yang agak mendalam, keputusan yang diumumkan oleh Presiden Biden," tukas Peskov.
"Jika Anda bertanya kepada saya apa yang akan dilakukan Rusia, Rusia akan melakukan apa yang diperlukan untuk mempertahankan kepentingannya. Amerika Serikat jelas telah menyatakan perang ekonomi melawan Rusia dan mengobarkan perang ini," tegasnya.
BACA JUGA:
Diberitakan sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengumumkan larangan impor minyak Rusia dan energi lainnya pada Hari Selasa sebagai pembalasan atas invasi ke Ukraina, menggarisbawahi dukungan bipartisan yang kuat untuk langkah yang ia akui akan menaikkan harga energi AS.
"Kami melarang semua impor energi minyak dan gas Rusia. Itu berarti minyak Rusia tidak akan lagi diterima di pelabuhan AS dan rakyat Amerika akan memberikan pukulan kuat lainnya ke mesin perang (Presiden Rusia Vladimir) Putin," kata Biden kepada wartawan di Gedung Putih.