Bagikan:

JAKARTA - Seorang mantan staf Wakil Presiden Mike Pence menyerang Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terkait penanganan pandemi COVID-19. Hal ini menambah daftar mantan pejabat administrasi Trump yang mengkritiknya. Ada beberapa serangan, di mana setiap serangan menambah kehancuran Trump di hadapan rivalnya, Joe Biden.

Olivia Troye, yang merupakan penasihat keamanan dalam negeri untuk Pence dan staf utama di satuan tugas COVID-19 Gedung Putih mengatakan Trump gagal melindungi publik AS karena dia hanya peduli pada dirinya sendiri dan usaha untuk terpilih kembali. Kritik Troye yang disampaikan lewat sebuah video sangat mencolok karena perannya bekerja di satuan tugas COVID-19, yang mana dipimpin oleh Pence.

"Menjelang pertengahan Februari, kami tahu ini bukan masalah apakah COVID-19 akan menjadi pandemi besar di sini, melainkan masalah kapan (COVID-19 akan menjadi masalah)," kata Troye, yang meninggalkan Gedung Putih pada akhir Juli. 

"Tapi Presiden tidak mau mendengar itu, karena kekhawatiran terbesarnya adalah kita berada di tahun pemilihan, dan bagaimana ini akan mempengaruhi apa yang dia anggap sebagai rekor kesuksesannya," tambahnya. 

Melansir CNN, Jumat, 16 September, pada satu pertemuan satuan tugas COVID-19, Troye mengklaim bahwa Trump mengatakan "mungkin masalah COVID-19 ini adalah hal yang baik."

"Saya tidak suka berjabat tangan dengan orang-orang. Saya tidak harus berjabat tangan dengan orang-orang yang menjijikkan ini," kata Troye pada pertemuan itu.

Gedung Putih menanggapi dengan cepat tuduhan Troye dengan menuduhnya sebagai karyawan yang tidak puas dan tidak mengajukan keberatan saat menjadi staf. Trump mengatakan kepada wartawan bahwa dia tidak mengenal Troye, tetapi mengklaim Troye telah dibujuk untuk membuat pernyataannya.

"Orang-orang menghubunginya dan berkata, 'Katakanlah beberapa hal buruk tentang Donald Trump,'" kata Trump.

"Setiap kali seseorang meninggalkan pemerintahan, saya tidak akan mengenal orang-orang ini. Dan mereka pergi atas dasar masalah pribadi dengan saya," tambah Trump. Pence pun juga mengecam perkataan Troye.

"Saya belum membaca komentarnya secara mendetail, tetapi bagi saya itu terlihat seperti seorang karyawan yang tidak puas yang meninggalkan Gedung Putih dan sekarang memutuskan untuk bermain politik selama tahun pemilihan," kata Pence tentang Troye.

"Saya pikir staf saya telah mengindikasikan bahwa dia tidak membuat komentar seperti itu ketika dia bertugas di tim kami, di sini di gugus tugas COVID-19 Gedung Putih," tambahnya.

Pence menambahkan dia sendiri sangat bangga dengan pekerjaan yang telah dilakukan selama ini dan kepemimpinan yang telah diberikan oleh Presiden Trump. Sementara Wakil Sekretaris Pers Gedung Putih Judd Deere berkata, bahwa "mantan staf yang tidak puas ini tidak pernah bertemu pribadi dengan Presiden dan pernyataannya tidak memiliki dasar dalam kenyataan dan sangat tidak akurat."

Video Troye dirilis oleh Republican Voters Against Trump, sebuah kelompok yang berusaha mengalahkan Trump pada November. Troye juga telah bergabung dengan kelompok anti-Trump yang dibentuk oleh Partai Republik, Aliansi Politik Republik untuk Integritas dan Reformasi atau REPAIR, yang mengatakan mereka berusaha untuk "memfokuskan kembali prioritas Partai Republik dan memperbaiki Amerika."

Kelompok itu mengumumkan lebih dari 20 penasihat, termasuk Troye dan beberapa mantan pejabat Trump yang bekerja di Departemen Keamanan Dalam Negeri.  Anthony Scaramucci, yang pernah menjadi direktur komunikasi Gedung Putih, dan Josh Venable, yang merupakan kepala staf Sekretaris Pendidikan Betsy DeVos, juga merupakan bagian dari kelompok ini.

Partai Republik yang mengkritik Trump bukanlah hal baru. Ada suara-suara Partai Republik yang menyerangnya sejak kampanye 2016 dimulai. Kelompok-kelompok yang dipimpin oleh Partai Republik seperti Lincoln Project kini aktif berkampanye melawan Trump pada 2020.

Troye, yang bekerja di Biro Kejahatan Asuransi Nasional stelah meninggalkan pemerintahan Trump, mengakui akan mendukung Biden. Dia pernah bekerja di beberapa agen federal sepanjang kariernya dalam masalah kontraterorisme dan intelijen, termasuk untuk Pence sejak 2018. Troye mengatakan bahwa dia memutuskan untuk keluar dari pemerintahan karena dia merasa pekerjaannya tidak membuat perbedaan.

"Apakah itu penting," katanya, "Karena tidak peduli seberapa keras Anda bekerja dan apa yang Anda lakukan, Presiden akan melakukan sesuatu yang merugikan untuk menjaga keamanan orang Amerika, lalu mengapa Anda berada dalam peran tersebut?" tutupnya.